Cynthia Marilyn Sitompul

Kamis, 26 April 2012

Pentingnya Pemakaian Baju Lab

Halo readers ;) 
Pernah ga sih bertanya-tanya, kenapa sih kita musti pake baju lab saat praktikum atau saat berada di lab? Padahal kayaknya ga ada guna nya gitu loh.. Cuma buat keren-kerenan aja biar kayak Pak Dokter sama Bu Dokter..
Itu sih yang pernah terlintas di fikiranku dulu pas masi SMA. Bangga banget jadi anak IPA trus sore-sore praktikum pake baju lab. Keren kan? Haha..
Tapi, eitsss, tunggu dulu.. Jangan salah, baju lab dibuat tidak untuk dipamer-pamerin atau buat keren-kerenan doank, tapi ..

Taukah anda? Jas lab itu adalah pelindung tubuh dan pakaian kita dari kotoran-kotoran maupun bahan kimia berbahaya yang ada di dalam laboratorium. Mau lab nya bersihnya gimana, zat-zat kimia yang berbahaya itu tidak terlihat oleh mata loh. Jadi, jangan sepelekan penggunaan jas lab. Karena apabila kita tidak memakai jas lab, saat kita menimbang, menuang cairan maupun memanaskan sesuatu, zat-zat kimia tersebut bisa menguap dan menempel di baju kita. Kita tidak menyadari hal tersebut, lalu dengan santainya keluyuran kemana-kemana dan menyebarkan bahaya kemana-mana juga.

Jadi, selalu kenakan jas lab saat mau praktikum. Dan, pakailah jas lab hanya di laboratorium saja, jangan dibawa kemana-mana karena itu sama saja dengan menyebar bahaya kemana-kemana. Lalu, perhatikan juga kebersihan jas lab itu sendiri. Oke? ;)

Selasa, 24 April 2012

Teknologi dan Pendidikan

Cynthia Marilyn Sitompul (111301070)

Pertanyaan :
1. Persinggungan antara teknologi dan pendidikan ?
2. Penggunaan internet disekolah, bagaimana konteks internet dengan dunia pendidikan di Indonesia, khususnya di Medan ?
3. Apa itu ubiquitos computing dan bagaimana tanggapan tentang ubiquitos computing ?

Pembahasan Kelompok :
1. Persinggungan teknologi dengan pendidikan
·         Teknologi seperti internet, computer dan peralatan elektronik lainnya sangat membantu dalam proses belajar mengajar, dengan teknologi interaksi anatara guru dan murid dan sebaliknya lebih aktif dan efektif
·         Mengikuti perkembangan jaman, dimana setiap orang diharapkan peka terhadap perkembangan teknologi
·         Mempersiapkan peserta didik untuk dapat terjun ke dunia kerja dan peserta didik mampu berkompetisi dalam dunia kerja yang akan mereka hadapi dimasa datang.

2. Berdasarkan pengalaman kami, Internet mulai dipergunakan dalam pembelajaran sejak SMA.
§  Penggunaannya bermanfaat dalam membantu menambah wawasan sesuai dengan yang kami ketahui beberapa sekolah telah memulai penggunaan internet atau computer sejak SD,  tetapi sebagian besar mulai menggunakan internet atau teknologi di SMP.
§  Penggunaannya pun belum terlalu aktif di kelas, hanya sekedar menggunakan computer atau internet. Pendidikan di Medan mungkin sudah menggunakan computer dan internet namun dalam hal ini pendidikan belum berpusat pada penggunaan teknologi tersebut.

3. Ubiquitos computing adalah distribusi computer ke lingkungan , dimana seluruh lingkungan telah mampu untuk mengakses internet dan infomasi tanpa harus menggunakan computer tetapi dapat mengaksesnya dengan alat yang lebih mudah dibawa kemana-mana seperti tablet, smartphone dan lain sebagainya.
Kami setuju dengan pengguanaan ubiquitos computing ini karena lebih simple mudah dibawa kemana-mana dan dengan kemudahan itu kita bisa mengakses informasi dimanapun kita berada. Dengan sistem ini juga tentu penggunaan internet di dunia pendidikan akan lebih terbantu atas kemudahan dan kemurahan untuk mengaksesnya

Persentasi dan Tanggapan 

Ubiquitous computing
1.       Oleh kelompok  Clara , Desima dan Lisdiana
Ubiquitous computing sebuah program dimana internet lebih bersosialisasi ke lingkungan .

Tanggapan :
o   ü  Oleh kel. Resi : bagaimana contoh  penggunaan Ubiquitous computing di dunia pendidikan  ( oleh presenter ditanggapi : contoh penggunaannya kuliah  online , dimana proses belajar tetap berlangsung walau dosen tidak hadir dalam kelas)
o   ü  Oleh kel. Thaya : ubiquitous computing adalah program dimana kita seperti menemukan internet dimana – mana.
o   ü  Oleh kel.Roni : ada  3 era perkomputeran yaitu  1 for many , pc, dan ubiquitous computing yaitu 1 person many computer .

2.       Oleh kelompok  Edwin , Anisa , Angela , Mentari
Ubiquitous computing adalah suatu program dimana internet menyebar di lingkungan , masa sekarang ini adalah masa transisi dari PC menjadi Ubiquitous  computing.

Tanggapan :
o   ü  Kel .Liandra : apa dampak positif dan negatif ubiquitous computing di dunia pendidikan ( oleh presenter ditanggapi : adanya pemakaian yang berlebihan seperti penggunaan internet saat ujian )
o   ü  Kel.k’Husna : apakah benar sekarang ini masih era transisi menuju ubiquitous computing  atau sudah  memasuki era ubiquitous computing ?( oleh presenter ditanggapi : belum semua orang dekat dengan Smartphone , tablet , ipad , dsb  jadi belum bisa dinyatakan sudah memasuki era ubiquitous computing)
Menurut Ibu Dina  , di Indonesia ubiquitous computing masih dalam era transisi . Di beberapa negara  mungkin penggunaan ubiquitous sudah familiar . Namun Indonesia sendiri belum. 

Standard Melek teknologi di Medan Khususnya 

Oleh kelompok Rifany , Mianty, Gustina ,Eldaa
Penggunaan internet dalam dunia pendidikan  khususnya di Medan sekarang ini sudah diadakan di sekolah bahkan sejak TK. Seorang anak SD justru ditugasi PR yang mengharuskan dia menggunakan internet .     Tanggapan :

o   ü  Kel. Ajeng : apakah sudah semua sekolah menggunakan  internet itu, sementara seperti beberapa sekolah di pedesaan dan menurut pengalaman Ajeng belum semua menggunakannya ? beberapa menggunakannya namun hanya sekedar(tanggapan presenter : Indonesia mengalami keterlambatan di beberapa daerah )
o   ü  Kel. K’Husna : apakah benar dunia pendidikan di medan sudah melek teknologi? (tanggapan presenter sudah , karena saat ini di beberapa TK  dan SD sudah diberi pendidikan Teknologi dan Informasi )

Penjelasan Ibu Dina
Melek teknologi berati memiliki kemampuan memfilter apa yang seharusnya dipelajari dan digunakan dan  yang mana yang seharusnya tidak dipelajari.

Senin, 09 April 2012

Psikologi Sekolah

Saya, Cynthia Marilyn Sitompul (111301070) bersama dengan :
Galih Mataro (111301111) mempersembahkan hasil diskusi kelompok kami mengenai :
 
Psikologi Sekolah
o   Kedudukan Psikologi Sekolah dan Perbedaan Psikologi Sekolah dengan Psikologi Pendidikan
Psikologi Sekolah merupakan salah satu bagian daripada ilmu psikologi pendidikan. Namun, ruang lingkup psikologi sekolah berbeda dengan psikologi pada umumnya. Psikologi sekolah lebih berfokus terhadap masalah-masalah psikologis yang berkaitan dengan dunia pendidikan atau dunia sekolah dan pengembangan metode belajar untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Maka dari itu, Psikologi sekolah ini sendiri berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi. Dengan kata lain, Psikologi Sekolah berkonsentrasi pada dinamika sekolah, sedangkan Psikologi Pendidikan lebih luas mencakup pendidikan dan lebih kepada sistemnya.
o   Fungsi Sekolah sebagai Agen Perubahan
Fungsi sekolah bukan hanya sebagai tempat untuk menimba ilmu tetapi juga sebagai agen perubahan. Sekolah merupakan satu-satunya kekuatan untuk melakukan perbaikan. Sekolah seharusnya bisa berfungsi sebagi filter pembentuk perilaku positif bagi anak. Mungkin pada saat masa tanam terjadi konsep yang salah pada orang tua. Maka sekolah bisa untuk mengubahnya. Untuk menjadi agen perubahan, sekolah membutuhkan guru-guru yang berkualitas, guru-guru yang profesional dan mempunyai visi serta misi ke depan dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas.
o   Metode yang Digunakan dalam Sistem Pengajaran di Sekolah
Metode mengajar merupakan cara atau teknik penyampaian materi pembelajaran yang harus dikuasai oleh guru. Metode mengajar ditetapkan berdasarkan tujuan dan materi pembelajaran, serta karakteristik anak. Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar. Pemilihan metode mengajar harus mempertimbangkan pengembangan kemampuan siswa yang lebih kreatif inovatif dan dikondisikan pada pembelajaran yang bersifat problematis; pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri dan belajar secara kelompok.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam sistem pengajaran di sekolah, yaitu :
1.       Metode ceramah (Teacher-Centered)
Pendidik perlu untuk memberikan pengarahan yang dapat menghantarkan daya nalar dan kreativitas peserta didik terhadap topik yang sedang dibicarakan.
2.       Metode Tanya-Jawab
Metode tanya-jawab digunakan dengan maksud :
• Melanjutkan (meninjau) pelajaran yang lalu
• Menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan kerjasama siswa
• Memimpin pengamatan dan pemikiran siswa
3.       Metode Diskusi dan Presentasi (Student-Centered)
Metode diskusi adalah cara penyampaian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah. Siswa dituntut aktif.
4.       Metode Kerja Kelompok
Kerja kelompok dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar-mengajar dimana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu.
5.       Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Antara metode demonstrasi dan eksperimen sebenarnya berbeda, akan tetapi dalam praktek sering dipergunakan silih berganti atau saling melengkapi.
6.       Metode Sosiodrama dan Bermain Peran
Metode sosiodrama dan bermain peranan merupakan dua buah metode mengajar yang mengandung pengertian yang dapat dikatakan bersama dan karenanya dalam pelaksanaan sering disilih gantikan.

o   Permasalahan yang Terjadi di Sekolah dan Solusinya
Biasanya, permasalahan yang sering terjadi di sekolah seringkali melibatkan guru dan murid. Adanya perasaan tidak suka oleh si murid yang memicu perilaku pembangkangan dan hal ini menimbulkan kejengkelan pada si guru. Oleh sebab itu, perlu diadakan konsultasi dengan murid maupun guru untuk menemukan titik cerah dari masalah tersebut. Di samping permasalahan antara guru dan murid, murid juga biasanya akan berselisih satu dengan yang lainnya. Hal ini umum terjadi dalam kehidupan sosial kita. Disinilah peran guru untuk menanamkan moral yang baik kepada siswa. Di samping itu, komunikasi dengan orang tua juga tidak kalah pentingnya apalagi jika menghadapi anak yang kesulitan belajar.
o   Fungsi & Peran Psikolog Sekolah dan Perlunya Psikologi Sekolah
Mengingat begitu kompleksnya kehidupan sekolah, maka jelas psikologi sekolah ini sangat penting dan diperlukan. Ada 5 faktor yang menentukan keluasan peran dari psikolog sekolah, yaitu :
1.       Tingkat Pelayanan
Pada awalnya, psikolog sekolah dibutuhkan untuk mengidentifikasi dan menggolongkan anak-anak yang memerlukan pendidikan khusus. Lalu, seiring dengan perkembangannya, psikolog sekolah pun semakin luas perannya, mulai melaksanakan praktek klinis dan konseling. Lalu, psikolog sekolah juga mulai terlibat dalam tindakan-tindakan yang menyangkut kebijakan dan prosedur sekolah dalam pengembangan dan evaluasi program dan pelayanan di sekolah; menyangkut supervisi pendidikan dan bekerja sebagai konsultan bagi karyawan edukatif maupun non-edukatif (termasuk membantu melakukan seleksi penempatan urusan personalia) dan bekerja sama dengan ahli-ahli lain dalam masayarakat.
2.       Macam Kegiatan Profesional
Melakukan diagnosis langsung, konsultasi pendidikan, evaluasi serta pelacakan kembali.
3.       Macam Klien Langsung yang Dihadapi
Berhadapan dengan murid secara perorangan, kelompok murid, murid per kelas, guru secara perorangan, kelompok guru, tenaga administrasi maupun pendidikan sebagai suatu sistem sosial membutuhkan perlakuan tertentu.
4.       Tingkat Perkembangan Murid
Peran psikolog sekolah didasarkan pada tingkat perkembangan usia murid.
5.       Kekhususan Masyarakat atau Sekolah
Tergantung kepada ciri-ciri khas, formal-nonformal, sumber dana sekolah, daerah lokasi sekolah, maupun suku/agama/ras/golongan yang memanfaatkan jasa psikolog sekolah ini.

o   Hal-hal yang diberikan dalam kaitannya dalam Layanan Psikolog Sekolah
Psikolog Sekolah memberikan pelayanan seperti membantu pendidik dalam melaksanakan kelas yang aman, kelas sehat di lingkungan sekolah, mengasuh, memberi strategi pemecahan masalah dan penyalahgunaan zat, dan topik lainnya yang berkaitan dengan sekolah sehat, melakukan penelitian tentang instruksi yang efektif, manajemen perilaku, program-program sekolah alternatif, dan intervensi kesehatan mental; intervensi langsung dengan siswa dan keluarga melalui konseling individu, kelompok pendukung, dan pelatihan keterampilan; mengkomunikasikan hasil evaluasi psikologis untuk orang tua, guru, dan lain-lain sehingga mereka dapat memahami sifat kesulitan siswa dan bagaimana untuk melayani kebutuhan siswa; bekerja dengan berbagai masalah emosional dan akademik mahasiswa; melayani satu atau beberapa sekolah di daerah sekolah atau bekerja untuk sebuah pusat kesehatan mental masyarakat didalam lingkungan universitas.

o   Perbedaan antara Psikolog Sekolah, Psikolog Pendidikan dan BK
Psikolog pendidikan adalah orang yang menerapkan ilmu-ilmu psikologi ke dalam dunia pendidikan. Sedangkan psikolog sekolah adalah orang yang menerapkan ilmu-ilmu psikologi pendidikan ke dalam dunia sekolah saja, mencakup berkewajiban untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang menurutnya dapat mengembangkan potensi sekolahnya, ataupun menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang telah terbukti keampuhannya menurut hasil penelitian psikolog pendidikan. Psikolog pendidikan tidak hanya bergerak sebatas di dalam ruang lingkup sekolah. Psikolog pendidikan juga bisa bergerak di dalam ruang lingkup sekolah tinggi, depdiknas, dan sebagainya yang mempunyai hubungan dengan dunia pendidikan.
Lalu bagaimana dengan BK? guru BK dan Psikolog memiliki perbedaan. Sebab, guru BK merupakan guru sekolah yang dilindungi undang-undang. Sementara Psikolog merupakan profesi khusus yang berperan dalam menentukan peningkatan kualitas sekolah. Guru BK berperan dalam membangun manusia yang seutuhnya dari berbagai aspek yang ada di dalam diri si peserta didik. Namun, jika BK dihadapkan pada situasi peserta didik yang sangat kompleks dan tidak bisa ditangani, maka dalam hal ini, Psikolog sekolah bisa turun tangan.

 Referensi :
Sukadji, Soetarlinah. 2000. Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah. Depok : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (L.P.S.P3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
 http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/03/perbandingan-psikolog-pendidikan-dengan-guru-bpbk/
 http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2082932-metode-metode-mengajar-di-sekolah/
 http://luthfis.wordpress.com/2008/04/21/peran-bk-dalam-meningkatkan-mutu-pendidikan/

Sabtu, 07 April 2012

Angelina Jolie



Kisah kehidupan Angelina Jolie...

Angelina Jolie lahir di Los Angeles, California, 4 Juni 1975. Aktris yang juga berprofesi sebagai model ini dikenal sebagai duta Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) urusan perdamaian dunia.

Putri pasangan Jon Voight dan Marchelina Bertrand ini memulai karirnya sebagai model di usia 14 tahun di LA, New York dan London. Selang dua tahun berikutnya, ia mencoba aktingnya di teater. Dari teater ia kemudian merambah dunia layar lebar. Debut layar lebar profesionalnya dimulai pada 1993, CYBORG 2 yang kemudian berlanjut pada WITHOUT EVIDENCE, HANCKERS pada 1995, MOJAVE MOON, LOVE IS ALL THERE IS di 1996, PLAYING GOD pada 1997, PUSHING TIN, BONE COLLECTOR pada 1998, GIRL, INTERUPTED di 1999 dan GONE IN SIXTY SECONDS pada 2000.

Namun namanya mulai mencuat di Hollywood saat bermain di laga LARA CROFT: TOMB RAIDER (2001) dan penampilannya yang cukup berani, ORIGINAL SIN (2001). Selanjutnya Jolie juga bermain di film LIFE OR SOMETHING LIKE IT (2002), LARA CROFT TOMB RAIDER: THE CRADLE OF LIFE (2003), BEYOND BORDERS (2003), TAKING LIVES (2004), SHARK TALE (2004), SKY CAPTAIN AND THE WORLD OF TOMORROW (2004).

Ketenarannya sebagai aktris Hollywood dimanfaatkan dengan baik oleh Jolie untuk kegiatan sosialnya. Kampanye perdamaiannya juga ditunjukkan melalui kegemarannya mengadopsi bayi terlantar dari beberapa negara dunia ketiga, seperti keputusannya untuk mengadopsi Maddox Chivan Jolie-Pitt yang dilahirkan pada 5 Agustus 2001 dan diadopsi pada 19 Januari 2006 (Kamboja) serta Pax Thien Jolie-Pitt yang lahir di Vietnam, 29 November 2003 dan diadosi pada 15 Maret 2007. Dan terakhir bayi yang diadopsi adalah Zahara Marley Jolie-Pitt (Ethiopia) yang dilahirkan pada 8 Januari 2005 dan diadopsi pada 19 Januari 2006.

Angelina juga memiliki anak biologis dari pacarnya aktor Brad Pitt, Shiloh Nouvel Jolie-Pitt, yang dilahirkan di Ethiopia, 19 Januari 2006, sepasang anak kembar Knox Leon Jolie-Pitt serta serta Vivienne Marcheline Jolie-Pitt dilahirkan pada 12 Juli 2009 di Nice, Perancis.

Jolie pernah membenci ayahnya karena meninggalkan dia dan ibunya demi wanita lain. Jolie sangat mencintai ibunya dan dia berjanji tidak akan pernah seperti ayahnya. Namun, dalam sejarah asmaranya, Jolie pernah menjalin asmara dan menikah dengan aktor Billy Bob Thornton (padahal saat itu Billy sudah bertunangan dan akhirnya membatalkan pertunangan demi Jolie), lalu dengan Jonny Lee Miller, namun keduanya berakhir dengan perceraian. Kini Jolie menjalin hubungan dengan Pitt sejak 2004, saat bersama-sama membintangi MR & MRS. SMITH yang saat itu Pitt masih terikat pernikahan dengan aktris Jennifer Aniston. Para paparazi menyebut pasangan dengan sebutan Brangelina.

Dalam sebuah interview, Jolie pernah menyebutkan jika dirinya adalah seorang biseksual. Aktris Kenny Shimizu, lawan mainnya di FOXFIRE (1996) adalah salah satu perempuan yang pernah membuatnya jatuh cinta.

Selain menyukai anak-anak, tato merupakan salah satu jadi hobinya. Dalam tubuhnya, Jolie memiliki 13 tato yang diketahui publik. Mulai dari quote Tenesse Williams, frasa dalam bahasa Arab, peribahasa Latin serta tato Yantra yang berupa doa untuk anaknya Maddox. Ia juga memiliki enam set enam set letak geografis kelahiran keenam anaknya. Selain itu juga ada beberapa tato yang akhirnya dihilangkan, seperti tato nama mantan suaminya, Billy Bob Thornton, sebuah karakter kematian dalam bahasa China, serta sebuah jendela di punggungnya. Selain anak-anak dan tato, semasa mudanya, Jolie pernah mengoleksi pisau-pisau. Jolie pernah menggunakan pisau-pisau saat melakukan hubungan intim dengan kekasihnya. Dia menganggap bahwa seks saja tidak cukup maka dia pun pernah menyayat kekasihnya, dan begitu pula yang dilakukan kekasihnya kepadanya.

Setelah sibuk melahirkan dan mengurus anak-anaknya, Jolie kembali berperan di film THE GOOD SHEPHERD pada 2006 dan A MIGHTY HEART, sebuah film dengan genre drama dokumenter pada 2007.

Bersama James McAvoy dan Morgan Freeman, Jolie kembali beraksi di film action, WANTED. Film ini sukses menjadi box office.

Dalam film animasi KUNG FU PANDA, Jolie menyumbangkan suaranya untuk karakter Master Tigress. Masih di tahun 2008, ia tampil memukau di film drama CHANGELING sebagai Christine Collins. Berkat perannya di sini, ia mendapatkan nominasi sebagai Best Actress di ajang BAFTA Award, London Film Critics Circle Award, Broadcast Film Critics Association Award serta Academy Award.

Hubungan pasangan Brangelina yang paling banyak mendapat sorotan media ini bukan tanpa masalah. Sempat dikabarkan akan menikah pada pertengahan 2009, pasangan ini merenggang pada akhir 2009. Namun Jollie dan Pitt menepis kabar tersebut dengan menuntut tabloid Inggris, News of The World yang menyebarkan rumor keretakan mereka Februari 2010.

Kenali Dampak Negatif dari Sepatu Cantik Anda ;)

Kenali Dampak Negatif dari Sepatu Cantik Anda ;)

Sepatu Ujung Meruncing
Model sepatu runcing menyebabkan jari-jari kaki saling berdempetan dan hal ini dapat membuat kuku jari kaki masuk ke bagian dalam. Pembengkakan ibu jari dan penebalan kulit jari kaki (kapalan) kerap terjadi. Cara mengatasinya, pilih yang lebar di bagian depan untuk memberi ruang pada jari-jari kaki. Disarankan membeli di sore hari, saat kaki sedang mengembang guna mendapatkan ukuran yang tepat.

Sepatu Tanpa Hak
Tanpa bantalan yang memadai atau tanpa pendukung telapak kaki, sepatu rata dapat menyebabkan sakit pada tumit yang disebut "plantar fasciitis" dan dapat menyebabkan Achilles alias kaku pada otot. Jangan coba-coba menjajalnya untuk jalan jarak jauh. Alternatif lain, tambahkan bantalan agar kaki tidak terlalu rata.

Sepatu Pantofel
Sepatu bertumit tinggi berisiko memberi tekanan pada lutut dan telapak kaki, sama halnya dengan sepatu bertumit tinggi. Cara mengatasinya, pilih telapak sepatu yang padat dan yang bertumit rendah untuk menyelaraskan gerakan kaki yang berpengaruh pada berat badan.

Sepatu Sandal
Walaupun sepatu sandal membuat kaki bergerak secara alami, otot kaki yang digunakan untuk menggenggam sepatu dapat membuat telapak kaki kaku. Baiknya pilih yang nyaman dipakai dengan tali pengikat disesuaikan jari telunjuk kaki.

Sepatu Tumit Tinggi
Tumit mengangkat berat badan Anda ke depan, bikin lutut bekerja keras. Hal ini dapat membuat lelah tulang rawan yang merupakan faktor pendukung penyakit osteoarthritis. Tumpuan pada jari kaki juga dapat menimbulkan rasa sakit.

Kamis, 05 April 2012

Pentingnya Pendidikan bagi Anak Usia Dini

Pentingnya Pendidikan bagi Anak Usia Dini
Kelompok 17 :

Cyntia Marilyn Sitompul    11-070

Here it is . . .

PENTINGNYA SOSIAL PADA  ANAK USIA DINI

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan social anak usia dini. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi; meleburkan diri menjadi suatu kesatuan yang saling berkomunikasi dan bekerja sama.
Secara potensial (fitrah) menurut Plato, manusia dilahirkan sebagi mahluk sosial (zoon politicon). Namun untuk mewujudkan potensi tersebut ia harus berada dalam interaksi dengan lingkungan manusia-manusia lain.
Perkembangan perilaku sosial anak ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok, dan tidak puas bila tidak bersama teman-temannya. Anak tidak lagi puas bermain sendiri dirumah atau dengan saudara-saudara kandung atau melakukan kegiatan-kegiatan dengan anggota-anggota keluarga. Anak ingin bersama teman-temannya dan akan merasa kesepian serta tidak puas bila tidak bersama teman-temannya.
Dua atau tiga teman tidaklah cukup baginya. Anak ingin bersama dengan kelompoknya, karena hanya dengan demikian terdapat cukup teman untuk bermain dan berolah raga, dan dapat memberikan kegembiraan. Sejak anak masuk sekolah sampai masa puber, keinginan untuk bersama dan untuk diterima kelompok menjadi semakin kuat. Hal ini berlaku baik untuk anak laki-laki maupun anak perempuan.
a. Sosialisasi pada masa awal masa kanak-kanak.
Menurut Hurlock, E.B. “salah satu tugas perkembangan masa awal kanak-kanak yang penting adalah memperoleh latihan dan pengalaman pendahuluan yang diperlukan untuk menjadi anggota kelompok dalam akhir masa kanak-kanak”. Jadi dalam masa kanak-kanak disebut sebagi masa prakelompok. Dasar untuk sosialisasi diletakan dengan meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-teman sebayanya dari tahun ketahun. Anak tidak hanya lebih banyak bermain dengan anak-anak lain tetapi juga lebih banyak berbicara.
Jenis hubungan sosial lebih penting daripada jumlahnya. Kalau anak menyenangi hubungan dengan orang lain meskipun hanya kadang-kadang saja, maka sikap terhadap kontak sosial mendatangkan lebih baik daripada hubungan sosial yang sering tetapi sifat hubungannya kurang baik. Anak yang lebih menyukai interaksi dengan manusia daripada benda akan lebih mengembangkan kecakapan sosial sehingga mereka lebih populer daripada anak yang interaksi sosialnya terbatas.
Manfaat yang diperoleh anak dengan diberikannya kesempatan untuk berhubungan sosial akan sangat dipengaruhi oleh tingkat kesenangan hubungan sosial sebelumnya. Yang umumnya terjadi pada masa ini adalah bahwa anak lebih menyukai kontak sosial sejenis daripada hubungan sosial dengan kelompok jenis kelamin yang berlawanan.
Antara usia dua dan tiga tahun, anak menunjukan minat yang nyata untuk melihat anak-anak lain dan berusaha mengadakan kontak sosial dengan mereka. Ini dikenal dengan bermain sejajar, yaitu bermain sendiri-sendiri, tidak bermain dengan anak-anak lain. Kalaupun terjadi kontak, maka kontak ini cenderung bersifat perkelahian, bukan kerja sama. Bermain sejajar merupakan bentuk sosial yang pertama-tama dilakukan dengan teman-teman sebaya.
Perkembangan selanjutnya adalah bermain asosiatif, di mana anak terlibat dalam kegiatan yang menyerupai kegiatan anak-anak lain. Dengan meningkatnya kontak sosial , anak terlibat dalam bermain kooperatif, dimana ia menjadi anggota kelompok dan saling berinteraksi. Sebagian anak sudah mulai bermain dengan anak lain, ia masih sering berperan sebagi penonton, mengamati anak lain bermain tetapi tidak berusaha benar-benar bermain dengannya. Dari pengalaman mengamati ini, anak muda belia belajar bagaimana anak lain mengadakan kontak sosial dan bagaimana perilakunya dalam berbagai situasi sosial.
Kalau pada masa anak berusia empat tahun telah mempunyai pengalaman sosialisasi pendahuluan, biasanya ia mengerti dasar-dasar permainan kelompok, sadar akan pendapat orang lain dan berusaha mendapatkan perhatian dengan cara berlagak menonjolkan diri. Dalam tahun-tahun selanjutnya ia memperhalus perilaku baru yang dapat diterima oleh kelompok teman-temannya.
Bentuk perilaku sosial yang berhasil tampak untuk penyesuaian sosial yang berhasil tampak dan mulai berkembang dalam periode ini. Dalam tahun-tahun pertama masa kanak-kanak bentuk penyesuaian ini belum sedemikian berkembang sehungga belum begitu memungkinkan anak selalu untuk berhasil dalam bergaul dengan teman-temannya. Namun periode ini merupakan tahap perkembangan yang yang kritis karena pada masa inilah dasar sikap sosial dan pola perilaku sosial dibentuk. Dalam penelitian longitudinal terhadap sejumlah anak, Wadrop halperson dalam psikologi perkembangan Hurlock, melaporkan bahwa anak yang pada masa usia 2,5 tahun bersikap ramah dan aktif secara sosial akan terus bersikap seperti itu sampai usia 7,5 tahun. mereka menyimpulkan bahwa “sikap sosial pada masa 7,5 tahun diramalkan oleh sikap sosial pada 2,5 tahun.
Secepat individu menyadari bahwa diluar dirinya itu ada orang lain, maka mulailah pula menyadari bahwa ia harus belajar apa yang seyogyanya ia perbuat seperti yang diharapkan orang lain. Proses belajar untuk menjadi mahluk sosial ini disebut sosialisasi.
Anak dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam arti, dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya, baik orang tua, saudara, teman sebaya ataupun orang dewasa lainnya.
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenal berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Proses bimbingan orang tua ini lazim disebut sosialisasi.
Suean Robinson Ambron (1981) mengartikan sosialisasi itu sebagai proses belajar yang membimbing anak ke arah perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab.
Sosialisasi dari orang tua ini sangatlah penting bagi anak, karena dia masih terlalu muda dan belum memiliki pengalaman untuk membimbing perkembangannya sendiri ke arah kematangan.  
Melalui pergaulan anak atau hubungan sosial, baik dengan orang tua, anggota keluarga, orang dewasa, dan teman sebaya lainnya, anak mulai mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial. Pada masa anak menurut Syamsu Yusuf, bentuk-bentuk prilaku sosial itu adalah sebagai berikut :
a)Pembangkangan (negativisme), yaitu bentuk tingkah laku melawan.
b)Agresi (Agresion), yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal).
c)Berselisih atau bertengkar (quarelling), terjadi apabila anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap dan perilaku anak lain.
d)Menggoda (teasing), yaitu sebagai bentuk lain dari agresif.
e)Persaingan (rivally)

Perilaku kita sehari-hari pada umumnya diwarnai oleh, perasaan-perasaan tertentu, seperti rasa senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, atau sedih dan gembira. Beberapa perasaan lainnya adalah gembira, cinta, marah, takut, cemas, malu, kecewa benci.
Goleman (1997) mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti hubungan social yang baik. Apabila seseorangdapat menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan social serta lingkungannya. Goleman lebih lanjut mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosikonal tersebut, seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.
Selanjutnya, Howes dan Herald (1999) mengatakan, pada intinya, kecerdasan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Lebih lanjut dikatakannya bahwa emosi manusia berada di wilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain.
Dari beberapa pendapat diatas, dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan menggapainya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kegiatan pembelajaran, kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Unsur penting kecerdasan emosional terdiri dari: kecakapan pribadi (mengelola diri sendiri), kecakapan social ( menangani suatu hubungan), dan keterampilan social (kepandaian menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain).

KESIMPULAN
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.Perkembangan sosial individu dimulai sejak anak usia 18 bulan. Faktor lingkungan keluarga merupakan faktor yang paling mempengaruhi perkembangan sosial anak, semakin bagus tata cara keluarga, maka perkembangan sosial anak juga semakin bagus.
Perkembangan sosial juga sangat mempengaruhi kepribadian anak, anak yang mempunyai daya intelegensi yang tinggi, perkembangan sosial yang baik pada umumnya memiliki kepribadian yang baik.

Pentingnya Emosional pada  Anak Usia Dini

Sigmund Freud dalam studi tentang kepribadian mengisyaratkan pentingnya pembentukan struktur kepribadian pada beberapa tahun pertaa kehidupan. Memahami gejala emosi anak mendorong berbagai kalangan untuk mengapresiasi kompleksitas kepribadian anak usia-dini dan nilai ilmiah serta praktis tentang kepribadian individu.
Menurut Crow & Crow (1958) pengertian emosi adalah “An emotion, is a affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and psychological stired up states in the individual, and that shows it self in his evert behavior.” Jadi, emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik.
Pada saat emosi, sering terjadi perubahan-perubahan fisik seseorang, seperti:
a.reaksi elektris pada kulit meningkat bila terpesona;
b.peredaran darah bertambah cepat bila marah;
c.denyut jantung bertambah cepat bila terkejut;
d. bernapas panjang kalau kecewa;
e. pupil mata membesar bila marah;
f. air liur mongering bila takut atau tegang;
g. bulu roma berdiri bila takut;
h. pencernaan menjadi sakit atau mencret-mencret kalau tegang;
i. otot menjadi tegang atau bergetar (tremor);
j. komposisi darah berubah dan kelenjar-kelenjar lebih aktif. (Fatimah, 2006:105).

Menurut Nurihsan (2007) Emosi itu dapat didefinisikan sebagi suatu suasana yang kompleks (a complex feeling state) dan getaran jiwa (a stird up state) yang menyertai atau muncul sebelum/sesudah terjadinya prilaku. Aspek emosional dari suatu perilaku, pada umumnya selalu melibatkan tiga variable, yaitu : rangsanganm yang menimbulkan emosi (the stimulus variable), perubahan-perubahan fisikologis yang terjadi bila mengalkami emosi (the organismic variable), dan pola sambutan ekspresi atas terjadinya pengalaman emosional itu. (the response variable). Ayang mungkin dapat dirubah dan dipengaruhi atau diperbaiki (oleh para pendidik atau guru) adalah variable pertama dan ketiga (the stimulus-response variables) sedangkan variablekedua tidak mungkin karena merupakan proses fisiologis yang terjadi pada organisme secara mekanis.
Menurut Nurihsan (2007) ada dua dimensi emosional yang sangat penting diketahui para pendidik, terutama para guru, ialah: 
1. senang tidak senang (pleasant-unpleasent), atau suka tidak suka (like-dislike);
2. intensitas dalam term kuat-lemah (strength-weakness) atau halus kasarnya atau dalam dangkalnya emosi tersebut. 
Hal-hal itu penting karena dapat memberikan motivasi pengarahan dan integritas perilaku seseorang, di samping pula akan merupakan hambatan-hambatan yang bersifat fatal.
Nurihsan mengutip pendapat Bridges (2007;154) menjelaskan proses perkembangan dan diferensiasi emosional pada anak-anak sebagai berikut :
a. Pada saat dilahirkan setiap bayi dilengkapi kepekaan umum terhadap rangsangan-rangsangan tertentu (bunyi, cahaya temperature).
b. Dalam periode 3 bulan pertama ketidaksenangan dan kegembiraan mulai didefinisikan melalui penularan) dari emosi orang tuanya.
c. Dalam masa 3-6 bulan pertama ketidaksenangan itu berdiferensiasi ke dalam kemarahan, kebencian, dan ketakutan.
d. Sedangkan pada masa 9-12 bulan pertama kegembiraan berdiferensiasi kedalam kegairahan dan kasih saying.
e. Pada usia 18 bulan pertama kecemburuan mulai dideferensiasikan dari ketidaksenangan tadi.
f. Pada usia 2 tahun kenikmatan dan keasyikan berdiferensiasi dari kesenangan.
g. Mulai usia 5 tahun, ketidaksenangan berdiferensiasi di dalam rasa malu, cemas, dan kecewa; sedangkan kesenangan berdiferensiasi ke dalam harapan dan kasih saying. 

Dalam taraf-taraf perkembangan selanjutnya dimensi-dimensi tersebut di-reinforcement secara conditioning melalui proses belajar. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau terdapat siswa-siswa yang membenci atau menyenangi guru atau bidang studi tertentu, bergantung pada kemampuan guru untuk menyelenggarakan conditioning dan reinforcement asfek-asfek emosional tersebut.
Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan berpikir kritis untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti dan menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Demikian pula kemampuan mengingat dan menghapal mempengaruhi reksi emosional. Dengan demikian, anak menjadi rektif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda.
Kegiatan belajar turut menunjang perkembangan anak. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain sebagai berikut.
a. Belajar dengan coba-coba
Anak belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan emosinya dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan. Cara belajar ini lebih umum digunakan pada masa anak-anak sekolah.  Pada masa balita yaitu sekitar anak usia 1-5 tahun anak-anak melakukan kegiatan yang bias mengekspresikan emosinya dengan coba-coba sesuai dengan insting dan nuraninya. Seorang bayi apabila diberikan mainan di depan mukanya dia akan tersenyum bahkan mulai tertawa dengan suara khasnya, dan terkadang apabila benda mainan itu dijauhkan atau yang mengasuhnya menjauhkannya maka sang anak menangis sebagai ekspresi dari kekecewaannya, kemarahannya, dann keinginannya untuk melihat benda tersebut.
Anak yang sudah mulai bisa bergerak merangkak dia akan mengekspresikan emosinya apabila dia sedang mencoba berbalik untuk tengkurap. Anak akan mencoba terus-menerus membalikan tubuhnya, dan ketika dia tidak mampu untuk membalikan tubuhnya biasanya dia menangis untuk mengekspresikan keinginannya untuk diberi bantuan. Sedangkan pada anak yang sudah mulai belajar berjalan dan berbicara yaitu sekitar umur 1,5 tahun lebih, dia sudah bisa mengekspresikan emosi dirinya dengan lebih terarah sesuai dengan situasi yang ada disekitarnya.

b. Belajar dengan cara meniru
Dengan cara meniru dan mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati.
Ketika seorang anak melihat anak diatasnya main sepeda, dia akan mengekpresikan keinginannya dengan mencoba meminjam atau mengadu kepada orang tuanya untuk membelinya.
Pada anak sudah mulai sekolah dia akan lebih kelihatan dalam menampakan ekspresi emosionalnya pada rekan yang baru dia kenal disekolah dan guru yang ada disekolah tersebut. Makanya cara pengajaran yang efektif bagi pendidikan anak usia dini dan pendidikan dasar adalah dengan cara memberikan contoh, apalagi pada kegiatan etika seperti membiasakan anak untuk sun tangan pada guru dan orang tuanya. Dia akan meniru orang tua, guru, kaka kelas disekolah dan teman-temannya. Ketika orang tuanya sedikit-sedikit marah ketika ada masalah, atau gurunya juga sering menegur dengan marah-marah, kak kelasnya juga seing mengejek dan mencaci juga memarahi dia juga teman-temannya, maka anak akan meniru cara-cara seperti itu untuk mengekspresikan emosinya pada orang lain.

c. Belajar dengan cara mempersamakan diri
Anak menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru. Disini anak hanya menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.

d. Belajar melalui pengondisian
Dengan metode ini objek, situasi yang mulanya gagal memancing reaksi emosional kemudian berhasil dengan cara asosiasi. Pengondisian terjadi dengan mudah cdan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan karena anak kecil kjurang mampu menalar, mengenal betapa tidak rasionalnya reksi mereka. Setelah melewati masa kanak-kanak, penggunaan metode pengondisian semakin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka.

e. Belajar di bawah bimbingan dan pengawasan
Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.
Anak memperhalus ekspresi kemarahannya atau ekspresi lain ketika ia beranjak ke masa remaja. Peralihan pernyataan emosi yang bersifat umum ke emosinya sendiri yang bersifat individual ini akan memperhalus perasaan merupakan petunjuk adanya pengaruh yang bertahap dari latihan serta pengendalian terhadap perilaku emosional.

Pembentukan Perilaku Afektif dan Kepribadian
a. Pengaruh Emosional terhadap Kesehatan
“Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”. Selogan ini menjadi alasan pada pembahasan ini, sebab pendidikan tidak berjalan lancar apabila tubuh pelaku pendidikan tidak sehat.
Perasaan takut atau marah dapat menyebabkan seseorang menjadi gemetar. Dalam ketakutan, mulut menjadi kering, jantung berdetak cepat, aliran darah/tekanan darah deras sehingga system pencernaan terganggu. Cairan pencernaan atau getah lambung terpengaruh oleh gangguan emosi. Keadaan emosi yang menyenangkan dan relaks berfungsi sebagai alat pembantu mencerna, sedangkan perasaan tidak enak atau tertekan menghambat atau menggangu pencernaan.
Diantara rangsangan yang meningkatkan kegiatan kelenjar sekresi dari getah lambung adalah ketakutan-ketakutan yang akut atau kronis. Kegembiraan yang berlebihan, kecemasan, dan kehawatiran menyebabkan menurunya kegiatan system pencernaan dan kadang-kadang menimbulkan sembelit. Satu-satunya cara penyembuhan yang efektif adalah menghilangkan penyebab ketegangan emosi. Radang pada lambung tidak busa disembuhkan, demikian pula diare dan sembelit, jika factor-faktor yang menyebabkan munculnya emosi tidak dihilangkan.
Gangguan emosi juga dapat menyebabkan kesulitan berbicara. Ketergantungan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang gagap. Seseorang yang agagap sering dapat normal berbicara jika dalam keadaan relaks atau senang. Namun, jika dia dihadapkan pada situasi-situasi yang menyebabkan kebingungan maka akan menunjukan kegagapannya.
Perilaku ketakutan, malu-malu atau agresif dapat disebabkan ketegangan emosi atau frustasi. Karena reaksi kita berbeda-beda terhadap setiap orang yang kita jumpai maka timbul emosi tertentu. Seorang siswa bisa saja tidak senang kepada gurunya bukan karena pribadi guru, tetapi karena sesuatu yang terjadi pada situasi belajar dikelas. Jika ia merasa malu karena gagal dalam menjawab soal tes lisan, pada kesempatan lain, ia mungkin menjadi takut ketika menghabisi tes tertulis. Akibatnya, ia memutuskan membolos, atau mungkin melakukan kegiatan yang lebih buruk lagi, yaitu melarikan diri dari orang tua, guru, atau dari otoritas lain.
Dengan demikian, gangguan emosional dan frustasi mempengaruhi efektivitas belajar seseorang. Seorang anak disekolah akan belajar lebih giat dan efektif bila ada motivasi. Selanjutnya ia akan mengembangkan usahanya untuk menguasai bahan yang dipelajari. Rasa senang karena berhasil mencapai prestasi akan mengurangi rasa takut dan kelelahan. Karena reksi setiapsiswa tidak sama, rangsangan untuk belajar yang diberikan harus disesuaikan dengan kondisi emosional anak. Rangsangan-rangsangan perasaan tidak menyenangkan akan mempengaruhi hasil belajar dan sebaliknya rangsangan yang menghasilkan perasaan menyenangkan akan mempermudah dan meningkatkan motivasi belajar.
Nurihsan (2007:155) berpendapat dimensi-dimensi emosional dapat diidentifikasikan pengaruh dan manifestasinya kedalam berbagai kecenderungan bentuk perilaku seperti sikap-sikapnya untuk menolak-menerima, mendekati-menjauhi, berbuat atau tidak berbuat (diam), menghargai-tidak menghargai, mempercayai-tidak mempercayai, bahkan lebih dalam lagi meyakini-tidak meyakini terhadap objek-objek (termasuk dirinya) baik nyang bersifat material maupun non material atau manusiawi dan non-manusiawi.
Goleman (1995) mengungkapkan lima wilayah kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam belajar-mengajar ataupun kegiatan lainnya.
a. Mengendalikan emosi diri
Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosikonal. Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi dan pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan sehingga tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan masalah.

b. Mengelola emosi
Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar terungkap dengan tepat.Hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersiggungan dan bangkit kembali dengan cepat. Sebaliknya, orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal yang negatif yang merugikan dirinya sendiri.
c. Memotivasi diri
Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal berikut:
a. cara mengendalikan dorongan hati;
b. derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang;
c. kekuatan berpikir positif;
d. optimisme;
e. keadaan flow (mengikuti aliran), yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah
kepada apa yang sedang terjadi, pekerjaannya, hanya terpokus pada satu objek. Dengan
kemampuan memotivasi diri, seseorang cenderung memilikipandangan yang positif dalam menilai
segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya.

d. Mengenali emosi orang lain
Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya, apabila seseorang tidak mampu menhyesuaikan diri dengan emosinya sendiri, ia tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.

e. Membina hubungan dengan orang lain.
Seni dalam menjaga hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan social yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain.


Pentingnya Kognitif oleh anak Usia dini

Pada aspek kognitif  perkembangan anak nampak pada kemampuannya dalam menerima , mengelola, dan memahami informasi informasi yang sampai kepadanya . kemampuan kognitif berkaitan dengan perkembangan berbahasa maupun berbahasa lisan dan isyarat, memahami kata dan berbicara.



Pentingnya Fisik oleh anak usia dini
Perkembangan Fisik Anak Usia Dini

Sebagai seorang anak dewasa, orang tua menantikan tonggak penting seperti belajar bagaimana untuk berguling dan merangkak. Masing-masing merupakan bagian dari proses perkembangan fisik. Proses pematangan terjadi secara teratur, yaitu kemampuan keterampilan tertentu dan umumnya terjadi sebelum mencapai tonggak lainnya.
Sebagai contoh, kebanyakan bayi belajar merangkak sebelum mereka belajar berjalan. Namun, juga penting untuk menyadari bahwa tingkat di mana tonggak ini dicapai dapat bervariasi. Beberapa anak belajar berjalan lebih cepat dari teman sebaya mereka yang sama-usia, sementara yang lain mungkin diperlukan waktu sedikit lebih lama.
Tahapan Perkembangan Fisik Anak Usia Dini
Pengembangan Keterampilan
Sebagai seorang anak tumbuh, sistem saraf-nya menjadi lebih matang. Karena ini terjadi, anak menjadi lebih dan lebih mampu melakukan tindakan yang semakin kompleks. Tingkat di mana keterampilan motorik muncul kadang-kadang merupakan kekhawatiran bagi orang tua. Pengasuh sering khawatir tentang apakah anak-anak mereka mengembangkan keterampilan-keterampilan pada tingkat normal. Sebagaimana disebutkan di atas, harga mungkin agak berbeda. Namun, hampir semua anak-anak mulai memperlihatkan keterampilan motorik ini pada tingkat yang cukup konsisten kecuali beberapa jenis kecacatan hadir.
Ada dua jenis keterampilan motorik:
  • Bruto (atau besar) keterampilan motorik melibatkan otot-otot yang lebih besar termasuk lengan dan kaki. Tindakan yang membutuhkan keterampilan motorik kasar meliputi berjalan, berlari, keseimbangan dan koordinasi.  Ketika mengevaluasi keterampilan motorik kasar, faktor-faktor yang termasuk ahli melihat kekuatan, otot, kualitas gerakan dan berbagai gerakan.
  • Fine (atau kecil) keterampilan motorik melibatkan otot kecil di jari, jari kaki, mata dan daerah lainnya. Tindakan yang memerlukan keterampilan motorik halus cenderung lebih rumit, seperti menggambar, menulis, memegang benda, melempar, melambai dan penangkapan.
Pertumbuhan Fisik
Perkembangan fisik pada anak-anak mengikuti pola yang terarah:
  • Otot besar berkembang sebelum otot kecil tangan. Otot tubuh dalam inti, kaki dan tangan berkembang sebelum mereka di jari dan. Anak-anak belajar bagaimana melakukan bruto (atau besar) keterampilan motorik seperti berjalan sebelum mereka belajar untuk melakukan denda (atau kecil) keterampilan motorik seperti menggambar.
  • Pusat tubuh berkembang sebelum daerah luar. Otot terletak di inti tubuh menjadi lebih kuat dan mengembangkan lebih cepat dari yang di kaki dan tangan.
  • Pembangunan berjalan dari atas ke bawah, dari kepala ke jari kaki. Inilah sebabnya mengapa bayi belajar untuk menahan kepala mereka sebelum mereka belajar cara merangkak.

Inilah hasil pekerjaan kelompok kami, mohon maaf apabila terdapat kesalahan penggunaan kalimat ataupun yang lainnya, atas kesediannya membaca, kami ucapkan terima kasih ..

Referensi :
Cahyani Ani. Mubin, Psikologi perkembangan; cet I (Quantum Teaching, Ciputat Press Group, 2006).
Hurlock B Elizabeth, Developmental Psikologi; Mc Grow Hill, Inc, 1980, Alih Bahasa, Istiwidayanti dan suedjarwo, Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta, Erlangga, tt.
LN Yusuf Syamsu; Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Nurihsan Juntika, 2007, Buku Materi Pokok Perkembangan Peserta didik , Bandung; Sekolah Pasca Sarjana (UPI)
Santrock, John W, Life-Span Development, WM, C Brown Comunication, Inc, 1995, Alih bahasa Achmad Chusairi, S.PSI, Perkembangan Masa Hidup Jilid I, Jakarta, Erlangga, 2002.
Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan; (PT Raja Grafindo, : 2004).