Cynthia Marilyn Sitompul

Sabtu, 14 Mei 2016

Gadis Penaik Angkot

Aku adalah seorang laki-laki muda. Rambutku cepak, kulitku gelap, tubuhku berisi namun tidak tinggi. Aku memiliki sebuah kedai di persimpangan lampu merah. Sehari-hari aku menjaga kedai, berjualan rokok, jajanan, minyak, dan pulsa. Aku senang duduk di dalam kedai kecilku mengamati orang-orang yang melintasiku, baik yang berlalu maupun yang singgah menambah pemasukanku.

Suatu hari aku menemukan gadis penaik angkot. Aku melihatnya sejak dia mengenakan seragam putih biru, ah mungkin lebih muda lagi, ya putih merah. Sekitar jam 1, sehari-hari dia pulang dengan angkot bernomor 14 yang berhenti tepat di seberang kedaiku. Gadis penaik angkot itu bertubuh kecil, putih, rambutnya sering dikuncir, jarang tersenyum, terlihat serius, entah sedang memikirkan apa sambil menenteng ranselnya. Dia pulang bersama kakak dan adiknya, kadang juga ia sendiri.

Angkot berwarna kuning berhenti di seberang kedaiku. Seperti biasa, mereka turun, membayar ongkos dan berdiri di pinggir jalan. Mereka sangat berhati-hati, mengamati kiri kanan jalan, lalu menyeberang bersama. Sekilas mereka seperti menghampiriku. Ternyata bukan aku, tapi perumahan yang kubelakangi. Mereka sering berjalan kaki memasuki perumahan tersebut, terkadang juga menaiki becak yang sudah mereka kenal. Begitulah setiap hari dan di penghujung pertemuan kami, mereka pun berlalu.

Suatu siang, aku tunggu-tunggu dia, tidak biasanya dia pulang lebih lama. Akhirnya angkot yang bukan bernomor 14 berhenti dan dia turun. Ah dia sudah menggunakan seragam putih biru. Dia sudah lebih besar dari sebelumnya. Hari ini dia pulang bersama adiknya, besok dia pulang bersama kakaknya, lusa dia pulang bersama temannya. Hari ini dia berjalan kaki, besok dia dijemput ibunya, lusa dia menaiki becak. Tidak pasti lagi. Wajahnya terlihat semakin gelap, letih, dan ranselnya terlihat lebih berat. Akhirnya, di penghujung pertemuan kami, dia pun berlalu.

Melihatnya turun dari angkot menjadi rutinitasku selama lebih dari tiga tahun. Kuhitung-hitung seharusnya dia sudah tamat SMP. Namun, selama setahun aku tak pernah melihatnya lagi. Hingga suatu siang, angkot kuning berhenti di seberang kedaiku. Gadis penaik angkot muncul lagi. Benar perhitunganku, dia sudah menggunakan seragam putih abu-abu. Dia masih kecil, namun terlihat lebih manis dan lebih gemuk. Rambutnya tidak dikuncir lagi, lebih sering digerai. Terkadang dia pulang bersama temannya, terkadang ia sendiri. Terkadang banyak buku dipegangnya, terkadang ia menenteng sebuah alat musik, aku tidak tahu persis itu apa. Wajahnya sudah lebih ceria dan bersahabat. Dia menatapku, hal yang tak pernah dia lakukan sebelumnya. Dia pun tersenyum. Ah gadis penaik angkot tersenyum kepadaku. Dia masuk ke perumahan, dan di penghujung pertemuan kami, dia pun berlalu.

Dua tahun setelah itu gadis penaik angkot tidak muncul-muncul lagi. Aku bertanya di mana ia sekarang. Hingga suatu malam, dia turun dari angkot berwarna ungu mengenakan pakaian putih berompi karung beras, rok hitam, tas yang juga dari karung beras, dan rambutnya dikuncir banyak. Wajahnya begitu letih. Ah, dia sedang ospek rupanya. Hari ini dia mengabaikanku. Tidak hanya aku, matanya yang tajam serius menatap mobil-mobil dan terlihat hendak memakan siapapun yang tidak mempersilakan ia lewat. Pasti dia begitu lelah. Dia berjalan cepat, dan di penghujung pertemuan kami, dia pun berlalu.

Begitulah selama tiga hari. Di suatu siang, aku menemukannya lagi. Dia bersama teman-temannya yang terlihat asing bagiku. Ah teman barunya. Dia terlihat gembira sekali meski tubuhnya semakin kurus dan kulitnya semakin gelap. Dia pun masuk ke perumahan, dan di penghujung pertemuan kami, dia pun berlalu.

Aku memang masih sering melihatnya. Namun, kini dia tidak menaiki angkot lagi. Dia sudah bisa mengendarai motor berwarna putih. Ah dia masih saja kecil dibandingkan motor dan helmnya yang lebih besar dari tubuh dan kepalanya. Haha. Kalau dia tidak mengendarai motor, dia pulang bersama temannya. Kadang perempuan, kadang juga laki-laki yang berubah-ubah. Waktunya pun tidak teratur lagi, bisa pagi, siang, sore bahkan malam. Sekali lagi, di penghujung pertemuan kami, dia pun berlalu.

Setelah bertahun-tahun, akhirnya aku melihatnya turun dari angkot lagi. Dia semakin kurus, terlihat letih, namun sudah jauh lebih dewasa dan tenang. Rambutnya tergerai. Tas yang dijinjingnya terlihat semakin berat. Apakah ia sudah menamatkan kuliahnya dan bekerja? Aku tidak tahu. Aku selalu mengamati ketika ia menyeberang. Kali ini, akhirnya mata kami bertemu kembali.

Sebelum dia berlalu, di detik yang terhenti itu, aku ingin menceritakan sepenggal kisah padanya.
Gadis penaik angkot, gadis kecil yang menarik perhatian penjaga kedai, gadis kecil yang kini bertumbuh dewasa, gadis kecil dengan tatapan yang tajam, gadis kecil dengan ransel yang terlihat berat.. Entah esok dia tidak turun dari angkot lagi, semoga pertemuan bisu ini membawa arti. Aroma matahari dari tubuhnya, lelah yang tersurat di wajahnya, dan berat yang dipikulnya, semoga berbuah manis.. setidaknya, berbuah manis dari sudut lihatku.

Aku berhenti mengisah, gadis penaik angkot pun tersenyum. Dia terlihat seolah menghampiriku, namun di penghujung pertemuan kami, dia pun berlalu.

Rabu, 20 April 2016

Perihal Menjadi Orangtua

Medan, 20 April 2016

Kepada Ytk. Cynthia Marilyn Sitompul
di Tempat

Salam kasih saudaraku,
Saat ini waktu menunjukkan pukul 23:24. Tak perlu kutanya kabarmu, dan tak perlu kuperjelas suasana hatimu. Jika kelak blog ini masih mampu bercerita, kenanglah hari ini. Ingatlah selalu akan kata-kata yang kau tulis hari ini.

Perihal menjadi orangtua,
Masihkah kau ingat harapan terbesar dalam hidupmu?
Masihkah kau ingat gejolak hati yang selalu kau rasa di perjalanan 'sebahagian' hidupmu?
Kau tak pernah tau apa tujuan hidupmu, hingga pada suatu masa kau menetapkan bahwa ketika kau menemukan dia yang dipilihkan Allah untuk menemani hidupmu, ketika itu pula pencapaian terdahulumu terlaksana, dan ketika itu pula musim yang baru berganti.
Tak jarang kau menyakiti keinginan hatimu meski berkali kau ingin lari dan menyendiri tatkala lagi-lagi kau saksikan cinta yang menyakiti hati.
Bagi mereka yang menganggapmu hanya berbicara melulu soal cinta, biarlah..
Mereka tak tahu dibentuk berapa lama dan dari apa hatimu yang keras itu.
Kau tau tidak mudah menjadi lemah ketika semua orang mengiramu kuat.
Kau tau tidak mudah untuk tidur ketika semua orang mengharapkanmu bekerja.
Kau tau tidak mudah untuk menyendiri ketika semua orang ingin berbagi denganmu.

Perihal menjadi orangtua,
Kau ingat takkan bisa kau menjadi orangtua ketika kau belum menyatu dengan dia yang dipilihkan Allah untukmu.
Kenanglah masa penantian itu, jangan pernah kau lupakan bahkan ketika ingatan memudar.
Lihat siapa dia yang akan jadi teman hidupmu, pandang wajahnya, hormati dan setialah kepada dia.
Jangan pernah khawatirkan apa yang kau cemaskan saat ini karena dialah yang dipilih Allah untukmu.
Kau tidak lupa apa isi doamu, kan?
Buat dia yang menjadi teman hidupmu, kasihilah Allah sebab itu yang terutama, setelah itu kasihilah saudaraku ini seperti kau mengasihi dirimu. Terbukalah kepada dia sebab jika bukan kepada teman hidupmu, kepada siapa lagi kau akan bercerita? Ingatlah selalu bahwa dia begitu menarik perhatianmu dan mengesankan hidupmu. Ingatlah selalu bagaimana Allah merancang pertemuan kalian dan menyatukan kalian pada waktunya. Ingatlah selalu perjuangan kalian untuk menjaga apa yang dititipkan Allah.

Perihal menjadi orangtua,
Kembali ke dirimu, saudaraku, setelah kau menyatu dengan dia, bukan nafsu yang utama.
Tugas yang lebih berat akan kau terima. Jangan lihat berapa kilo beratnya, tapi tentenglah dengan riang gembira. Apakah kau masih ingat betapa kau tidak menyukai menenteng sesuatu?
Kau selalu berdalih bahwa kau memiliki tubuh yang kecil dan akan semakin kecil kalau membawa yang berat-berat.
Jika Allah memberimu keturunan, jagalah dia .. jagalah dia ..
Ingat lah salah satu pesan terindah dalam hidupmu,
"Satu-satunya cara untuk menghargai sang pemberi adalah dengan menjaga apa yang diberikannya."
Ya ... jagalah apa yang diberikan Allah kepadamu. Itulah penghargaan tertinggi kepada Sang Pencipta. Tubuhmu, cintamu, keluargamu, bahkan mungkin anak yang boleh kau kandung dalam rahimmu. Jika kelak kau mengidam yang aneh-aneh, jangan pernah kau membahayakan nyawanya.
Dan ketika ia sudah lahir nanti, babak baru akan dimulai kembali.

Perihal menjadi orangtua,
Kau belajar psikologi sekian tahun lamanya. Terapkanlah itu untuk mendidik anakmu.
Kau tidak menikah dan melahirkan anak hanya untuk menambah jumlah pendosa di dunia ini.
Tapi jadikanlah anakmu tetap pembawa kasih Allah di kehidupan yang entah akan jadi apa beberapa tahun lagi.
Kau ingat sekolah yang seperti apa yang kau percaya untuk menyekolahkan anakmu?
Jangan pernah bermain-main dengan masa hidupnya, dengan perkembangan rohaninya.
Kenalkan dia kepada Allah, ajak dan temani dia untuk berbicara kepada Allah, ajar dia untuk membaca firman Allah yang akan menyuburkan hatinya.
Perhatikan dia, jauh melebihi kau memperhatikan dirimu, bukankah kau sudah terlatih untuk lebih memperhatikan orang lain daripada dirimu sendiri, apalagi ini anakmu, seharusnya kau sudah mahir dalam bidang itu.
Jadilah rumah bagi dia, dimana dia tidak betah berjauhan darimu dan selalu ingin dekat kepadamu.
Ketika dia nakal, hukumlah dia seperlunya, tapi jangan pernah diamkan dia lebih lama dari waktu yang  sanggup kau tahan. Diam diciptakan untuk merenung, bukan untuk menjauhkan yang seharusnya dekat.
Selalu ingatkan do and dont kepadanya. Mudah-mudahan dia seperti kamu yang berpegang teguh pada nilai ayah dan ibumu.

Ketika dia anak-anak, bermainlah dengannya, sebab kau tahu betul bahwa waktu tak akan kembali, masa berganti dan penyesalan tak perlu membayangi.
Buatlah dia senang, dan ia tak perlu tau kesusahanmu hanya untuk membuatnya senang.
Jangan cemas bahwa dia akan menjadi manja, tidak tahu diri, boros ataupun tidak prihatin dengan kedua orangtuanya. Ketika kau masih berada di jalur yang sama dengan dirimu di hari ini, aku yakin kau pasti tahu apa yang harus kau lakukan agar anakmu tidak bersenang-senang di atas penderitaan orang lain.
Ajak juga dia keluar, bermain dengan teman-temannya tanpa membeda-bedakan orang lain.
Tapi, perhatikan kesehatannya, jangan sampai dia terlalu lama di luar yang penuh bahaya.
Kau tidak perlu terlalu mencemaskan hal itu, periksakan kesehatannya secara rutin.
Oiya satu lagi, di masa kecilnya, perkenalkan dia dengan cita-cita, hobi, bakat dan bahasa.
Kau tentu tau ini masih soal waktu yang akan pergi ketika tidak dimanfaatkan.
Di tengah perjalanan, cita-cita dan hobinya mungkin akan berubah, bukankah dia sama sepertimu yang suka berubah-berubah? Teruslah perhatikan dan arahkan dia.
Mungkin ketika dia sudah menjadi anak yang lebih besar lagi, mungkin dia akan mulai menitikkan air di wajahmu. Tegaslah kepadanya selayaknya dirimu apa adanya.
Tapi, maafkanlah dia dan jangan pernah berikan cacian kepadanya. Sambutlah dia dengan pengampunan, pelukan dan kasih sayang.
Kau tentu tidak perlu mencemaskan kalau dia akan salah mengasosiasikan kesalahannya dengan pelukanmu, karena aku yakin selama kau masih menjadi dirimu yang seperti ini, kau pasti mampu mengatasinya.
Ingat juga di masa itu, kau pernah menitikkan air mata ibumu, karma does exist you know? Ampunilah masa lalumu dan jangan biarkan dia merenggut kehidupan anakmu dan keturunan-keturunanmu.

Ketika dia beranjak remaja, dia mungkin akan malu sana malu sini. Mulai menyukai lawan jenisnya.
Kau tahu sekali bahwa hal ini tidak perlu. Mungkin kau sangat berharap anakmu mengalami patah hati yang luar biasa di masa ini sehingga dia tau bahwa jatuh hati di usia sekolah itu tidak perlu dan hanya akan mengganggu usahanya mencapai cita-citanya.
Di sinilah peranmu sebagai sahabatnya. Bagaimana kau bisa membantu dia berpikir jernih dan mengobati luka hatinya, kalau kau tak menjadi sahabatnya?
Dekatlah dengan teman-temannya. Buat rumahmu senyaman mungkin agar teman anak-anakmu betah main di rumah sehingga kau bisa mengontrol pergaulannya.
Semoga di masa ini dia sudah begitu tertarik untuk mendalami bakatnya, ya bakat yang kau turunkan padanya, agar kau bisa menikmati segala mimpi di masa mudamu.
Tapi, jangan pernah paksakan kemauanmu padanya. Mungkin kau menyukai musik klasik, tapi dia tidak suka, ya biarkan .. Setidaknya dia tau apa yang ingin dilakukannya untuk hidupnya... selama itu masih berada di jalur yang baik.
Mungkin di masa ini juga dia mulai berargumen dengan ayahnya, ataupun dengan dirimu, jangan pernah memukul dia ataupun mengutuknya.
Aku tau kau sangat berhati-hati dengan sumpah serapah dan kutuk, tapi aku ingatkan sekali lagi, jangan pernah terbesit hal itu di pikiranmu maupun teman hidupmu.
Sekali lagi kesabaranmu diuji, dan doamu diharapkan tidak putus-putusnya menjaga dirinya.

Dan ketika ia sudah dewasa, mungkin sesekali dia akan mengomentarimu, tapi percayalah tidak ada yang salah dengan kata-katanya.
Dengarkanlah dia, lihat sahabatmu sudah beranjak dewasa, pikirannya semakin matang, bukankah seharusnya kau senang melihat sahabatmu semakin bijaksana?
Jangan pernah menjadi seorang yang bebal, tapi ketika dia memberi komentar, memberi masukan untuk keluarga kalian, dengarkanlah dia.
Oiya di masa ini, dia sudah jadi apa?
Apakah ada yang menjadi dokter gigi sesuai harapanmu?
Aku harap anak-anakmu tampan dan cantik parasnya seperti dirimu dan teman hidupmu.
Aku harap tidak hanya wajahnya yang rupawan, tapi hatinya tidak kalah putih cemerlang.
Aku harap mereka juga sering memikirkan kehidupan yang lain seperti hobimu yang tidak tertarik kepada kehidupan duniawi dan begitu menyukai kehidupan setelah kematian badan.
Aku harap mereka juga menemukan yang Allah pilihkan untuk mereka.
Aku harap kau dan teman hidupmu dianggap orang sukses menjadi orangtua.
Aku harap anak-anakmu begitu memperhatikan sesamanya yang tidak seberuntung mereka.
Aku harap kata-kata ini masih kau pegang sampai hari itu.

Buat kamu dan teman hidupmu,
Perihal menjadi orangtua tidak mudah, namun tidak sesulit hingga kau tak bisa menjalaninya.
Ketika kau sulit secara ekonomi, berjuanglah dan ingat bahwa mereka berhak mendapat pendidikan yang luar biasa. Kalian sepakat kan kalau akar dari masalah adalah kebodohan, kebebalan dan ketidakmauan untuk mendengar? Jangan biarkan uang menghancurkan pendidikan mereka.
Naik dan turun kehidupan itu biasa, dan ketika kau jatuh seharusnya kau senang karena sebentar lagi kau akan bangkit, tapi jangan pernah berleha-leha ataupun sombong ketika kalian berada di atas.
Ketika kalian lelah, istirahatlah. Kalian sepakat kan kalau hanya kebuntuan yang akan didapat jika memaksakan sesuatu.
Ketika kalian berselisih paham, jangan pernah tunjukkan di depan anak-anakmu,
Kau boleh menunjukkan bahwa ada hal yang tidak benar, tanpa perlu memojokkan pasanganmu hingga anak-anakmu mulai membuat kubu untuk memusuhi yang mana dan menemani yang mana.
Dan yang paling penting adalah kau menunjukkan bahwa cinta dan maaf lebih berarti dari amarah, tunjukkan bahwa kau dan teman hidupmu 'mampu' mengkomunikasikan perbedaan, dan mengatasi selisih paham di antara kalian.
Jangan pernah teriak-teriak di hadapan mereka, sebab kau akan merusak pita suara yang menghasilkan suara malaikatmu dan juga akan merusak pita suara anak-anakmu yang juga tak kalah indahnya.
Kau tentu tau dampak pertengkaran di depan anak-anakmu, bagi anak-anakmu kan? Kau tentu tidak ingin kantung mata mereka menghitam dan tidak hilang-hilang hanya karena tangisan dan tidak bisa tidur di waktunya.
Nah, ingatlah ini saudaraku. Ingatlah selalu akan hal ini. Aku harap kamu, teman hidupmu dan anak-anakmu selalu diberkati dan dilimpahi dengan kasih Allah yang mahasuci, dan roh kudusNya senantiasi menyertai dan menuntun langkah kalian menuju tujuan hidup yang lebih mulia dimana pertemuan keluarga kudus ini tidak hanya di dunia melainkan juga di surga. Amin.

Jumat, 26 Februari 2016

Liebesbrief to Adek

Dear Little Big Brother,

I have nothing to say but I love you more than every sister in this world could give.

Sincerely,
Your Sister, Cyn.

Kamis, 25 Februari 2016

Malaikat Agung St. Rafael

Salam kasih kepada Malaikat Penjagaku, satu dari tujuh Roh yang melayani Allah, Malaikat Agung St. Rafael,

Izinkan aku untuk mengenalmu lebih dekat, Malaikat yang membawa doaku kepada Allah ketika Opung sakit dan kini Opung semakin pulih, terima kasih.
Izinkan aku selalu bersamamu, mengikuti tuntunanmu dan mendapatkan perlindunganmu di setiap langkah hidupku.
Ajarkan aku untuk selalu percaya bahwa penderitaan yang aku alami membawaku semakin dekat kepada Allah sebab Allah tengah menguji kesolehan mereka yang beroleh anugerah-Nya.
Penderitaan juga terkadang membawa luka, wahai tabib surgawi bantulah aku mengobati luka hatiku.
Berjalan bersamamu membuatku melihat dunia yang kelam menjadi terang, membawa hatiku yang cemas menjadi damai dan tenang.
Ajarkan aku menjadi rendah hati sepertimu sehingga Allah semakin dipermuliakan.
Ajarkan aku untuk bersabar dan selalu bersukacita dalam perjuanganku meraih cita-citaku.
Bantu aku untuk memahami bahwa waktu Allah selalu tepat dan engkau tengah mempersiapkan yang Allah sediakan untukku.
Bantu aku untuk selalu mengikhlaskan perpisahan yang aku alami jika memang pertemuan itu hanya membawa luka bagi orang-orang yang aku kasihi.
Dan jika aku terbaring nanti, semoga nilai jiwaku selalu murni di mata Allah, aku mohon pendampingan dan perlindunganmu menuju Allah yang sudah menungguku sejak kekal, sebab "Berbahagialah orang yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah". Amin.

Selasa, 23 Februari 2016

Cinta Datang kepada Mereka yang Bersabar

Perempuan pasti suka diperhatikan (yang setuju lanjut baca~),
Hati perempuan mana yang tidak berdegup jika diberi tiga tangkai mawar, dibukakan pintu ketika mau pulang, ditatap dengan tulus dan ceritanya didengarkan dengan penuh kasih sayang? Tidak hanya itu, mungkin juga dia memberi bonus dengan tidak menahan waktu terjagamu sebab dia mengutamakan kesehatanmu atau menunda pertemuan denganmu karena ia mengutamakan skripsimu yang belum selesai juga. 

Bagi perempuan seperti saya, hal-hal itu sungguh manis. Tapi jangan terburu-buru, sayang! Kau tidak boleh lupa kisah-kisahmu yang lalu. Jangan terlalu cepat dimakan rayu ataupun malu. Jangan terlalu cepat membagi hatimu. Teruslah mengamati, teruslah menilai. Apakah memang ia yang kau inginkan? Jangan ragu menyebut ia dalam doamu, mudah-mudahan diberikan jalan pengetahuan.

Kalau bukan ia jawabannya, tinggalkan! Jangan ragu ataupun memberi harap, sebab keduanya tidak dibenarkan. Sering kita sudah tau jawabannya, tapi tak jarang keraguan malah memaksakan untuk bersama, meneliti sekali lagi.. menahan diri sekali lagi.. menanti kesempatan apabila ada jalan untuk berdua. Padahal ujung-ujungnya pisah juga. Supaya apa? Supaya nambah jumlah mantan? Supaya nambah-nambah luka hati? Jangan begitu lagi ya!

Jika kau sudah tau apa yang kau mau, siapa yang kau cintai, ya dengan siapa kau ingin berbagi, bersabarlah sekali lagi.. Mungkin esok, lusa, minggu depan, bulan depan atau tahun depan, kalian akan berpapasan. Saling membagi kisah, tidak untuk singgah melainkan untuk bersama selamanya.

Minggu, 21 Februari 2016

Rindu untuk Jaja

Dear Jaja,

Hai teman lama, apa kabarmu di sana?
Sudah lama sekali aku tidak melihat ragamu. Tapi ingatanku tentangmu tidak akan memudar, apalagi ingatan terakhirku tentangmu. Kemarin kami baru ngumpul, dan pasti tidak lupa terselip namamu. Seperti biasa, aku merasa kau hadir. Aku selalu merinding ketika membicarakanmu. Tapi sobat, kenapa begini rasanya, di satu sisi aku yakin bahwa kau sudah tenang di sana. Di sisi lain aku juga merasa, kau begitu merindukan kami. Ah, mungkin sesal dan rinduku menghambatmu ya?
Jika iya, kupastikan aku tidak akan menyesali hari itu lagi, hari dimana aku melihatmu lagi sejak kepulanganku. Aku ingin menyapamu tapi tidak kulakukan. Aku bertekad untuk menyapamu jika aku melihatmu sekali lagi. Tapi ternyata, tidak ada 'sekali lagi' itu ya, sobat! Kau tahu, sejak hari itu, aku selalu berhati-hati mengucapkan 'sekali lagi'. Sejak hari itu pula, aku selalu menghargai kebersamaan yang bisa kulalui sebab aku tau, tak selamanya raga bisa menemani.
Tapi, Ja, meski aku bisa menghapus sesalku, aku tak bisa menghapus rinduku padamu. Biarlah rindu ini yang tersisa sebab rindu ini akan membawaku untuk selalu ingat kepadamu. Rindu ini pula akan membawaku untuk menyebut namamu di dalam doaku. Ja, jangan suka bikin merinding lagi. Beristirahatlah dalam damai Tuhan. Semoga kelak kita akan berkumpul kembali bersama Bapa di surga. Amin.

-Temanmu sejak SD, Cyn-

Menyentuh Awan


Beberapa jam perjalanan darat kutempuh untuk sampai di tempat ini. Lelahku sirna ketika angin menyentuh kulitku. Syukur kupanjatkan kepada-Mu manakala kupandang ciptaan-Mu yang maha indah. Air danau saling berkejaran, di dalamnya tentu begitu dalam. Tak henti-hentinya kagum hatiku layaknya berjuta-juta pasang mata yang tak bisa melepaskan pandangannya dari tempat ini. Ini sudah kali sekian aku mengunjungi tempat ini dan mungkin selama-lamanya aku takkan jenuh memandangnya. Kisah penciptaan yang begitu agung, menyadarkan sekali lagi bahwa cinta-Mu begitu besar pada makhluk kecil ini. Aku pun melihat ke atas, terbentang tinggi gunung-Mu yang suci. Dari bawah, kulihat awan menaunginya. Pikiranku melayang, mampukah aku menaiki gunung-Mu yang suci? Layakkah aku berpijak di puncaknya yang kudus? Dapatkah aku menyentuh awannya yang putih dan lembut? Aku pun terdorong untuk mendakinya. Di akhir pendakian ini, setelah aku menyentuh awan, bolehkah aku bertemu dengan-Mu?

(Buah permenungan ketika memandang Danau Toba)

Sabtu, 20 Februari 2016

Happy Wedding, Kak Aster!

“Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."

Besok.. Sebuah rumah dengan tangga akan dibangun, diolah dan dipertanggungjawabkan. Tugas suci akan diemban. Aku penasaran, bagaimana rasanya hari ini, Kak? Aku ingin sekali melihatmu mengenakan gaun putih itu. Pasti cantik sekali! Tapi maaf kak, raga belum bisa hadir di hari bahagiamu.
Kak, lewat surat ini aku panjatkan syukur, selamat dan doaku. Aku bersyukur atas persatuan yang begitu membahagiakan ini. Aku ucapkan selamat Kak, semoga semuanya dilancarkan.
Kak, bak batu karang yang dihempas air laut, aku doakan semoga rumah tangga ini selalu kokoh dan tahan uji. Semoga kalian selalu berbahagia dalam kesetiaan dan cinta kasih serta dilimpahi kekuatan hati dan penguasaan diri. Harapku, satu masa untuk seluruh hidupmu dianugerahi kebersamaan, semangat berjuang untuk kebahagiaan bersama, kemampuan menyatukan segala perbedaan, rasa saling menghargai, dan syukur atas semua kecukupan yang diberikan-Nya.
Semoga adik-adik lucu kebanggaan kalian juga segera lahir di dunia ini sehingga lengkaplah sukacita dan bahagiamu, Kak, hehe.. 
Aku akhiri suratku ini, Kak. Sekali lagi, Happy Wedding My Beautiful Sister, Asteria Bunga Indah Juniarti Sitompul!

-your little..very little cousin, cyn-

Kamis, 18 Februari 2016

Tiga Tangkai Mawar

Pernahkah kamu mendengar cerita tentang tiga tangkai bunga mawar merah?
Konon, jika seorang pria memberikan tiga tangkai bunga mawar merah kepada seorang wanita, berarti pria tersebut sungguh serius menjalani hubungan dengan wanita tersebut.
Tiga tangkai melambangkan tiga masa, yakni masa lalu, masa kini dan masa depan.
Pria tersebut ingin mengambil bagian dari masa lalu, masa kini dan masa depan wanita tersebut.

Lalu kamu.. Kenapa memberikan tiga tangkai mawar merah kepadaku?
Apa kamu tau filosofi itu sehingga sengaja membeli tiga tangkai saja?
Ataukah kamu malah tidak tahu, dan memilih tiga karena tau aku suka angka tiga?

Lalu kamu.. Kenapa memberikan tiga tangkai mawar berwarna-warni kepadaku?
Apa kamu serius ingin mengambil bagian di tiga masa hidupku?
Atau kamu hanya ingin mewarnai hidupku yang sempat kelabu?

Sungguh, aku berterimakasih telah diperhatikan..
Sungguh, aku berterimakasih karena aku begitu menyukai bunga..
Tapi maaf, memutuskan pria untuk memasuki tiga masa hidupku tidak semudah menerima tiga tangkai mawar darimu.

Rabu, 17 Februari 2016

Liebesbrief to Kakak

Dear my beautiful sister, Angeline Nathalia Sitompul..

Tidak secara kebetulan kita lahir di keluarga yang sama. Kehidupan membuatmu menjadi sesuatu bagiku. Jika kuingat masa kecil kita, mama suka beliin kita baju kembar dan bikin kita terlihat mirip. Ingat tidak rambut kita yang selalu dikuncir bak ekor kuda dulu? Teman-temanmu bilang kita mirip kayak kembar. Tapi semakin dewasa, hampir tidak ada yang bilang begitu. Padahal sampai sekarang aku merasa wajah kita masih dan akan terus serupa. Mungkin, hanya orang-orang berhati tulus yang dapat menemukan kemiripan kita. Eh? Haha..

Kak, kalau dulu aku terlalu nakal untuk jadi seorang adik, maafin aku ya kak. Ketika aku hidup jauh darimu, aku sadar bahwa aku begitu merindukan kakakku satu-satunya ini. Kak, mungkin sampai sekarang aku masih nakal padamu. Telapak kakiku sering menempel di wajahmu ketika tidur dan kau tidak mengeluh. Padahal aku belum cuci kaki pake sabun loh sebelum tidur. Hahaha kidding kak.

Kak, hari ini tes ya? Semangat ya kak. Semoga kakak lulus. Amin.

Kak, makasih ya karena telah menjagaku dari kecil hingga dewasa. Makasih juga telah menjadi teman cerita dan sahabatku. Terima kasih telah bersabar menghadapi kenakalanku. Terima kasih karena tidak mengeluh memiliki room mate seperti aku. Kak, terima kasih telah begitu waspada ketika ada yang mendekatiku dan terima kasih sudah menunjukkan kemarahanmu ketika aku tidak menurut padamu. Setiap anak perempuan pasti mendamba bertemu dengan pangerannya. Semoga Tuhan mempersiapkan jodoh terbaik buat kita ya. Semoga masa depan cerah juga terbentang luas untuk kita. Amin.

Kak, di luar hujan. Hati-hati di jalan ya kak. Aku menunggu di rumah.

-your little..very little sister, cyn-

Minggu, 14 Februari 2016

Liebesbrief to Abang

Kau adalah pahlawanku.. jagoanku.. orang yang paling bisa kuandalkan!
Ingat tidak, ketika aku diganggu teman-temanku?
Abang orang yang berdiri di depanku sehingga teman-temanku tidak berani menggangguku lagi.
Abang adalah orang yang paling kukagumi.
Aku merasa kau jago dalam hal apapun. Baru belajar langsung bisa!
Aku juga belajar berelasi dari abang! Abang orang yang paling masuk ke siapa aja, bahkan jadi kesayangan Opung haha!
Aku kagum sekali padamu. Benar-benar kagum!
Abangku, jika kau pernah menyesali satu hari dalam hidupmu.. ya saat itu.. ingatlah selalu bahwa cintaku lebih besar dari marahku.. ingatlah selalu bahwa ampunan lebih berarti daripada sakit hati.
Kini, kita sudah dewasa. Aku harap masa depan kita jauh lebih cerah dari langit cerah yang menaungi permainan masa kecil kita. 

Sabtu, 13 Februari 2016

Liebesbrief to Mom

Setiap anak perempuan pasti sering bentrok dengan ibunya. Tapi, sungguh keterlaluan apabila bentrokan tersebut sampai meneteskan air mata seorang ibu.
Aku termasuk salah satu anak yang keterlaluan itu karena masih teringat jelas senja kala aku tumpahkan air mata ibuku.
Itu yang pertama..membuatku bungkam melihatnya..
Maaf Ma.. Maaf..

Kamis, 11 Februari 2016

Liebesbrief to My Hero

Hai Papa,
Tentunya aku tidak perlu menanyai kabar Papa karena setiap hari kita bertemu.
Papa sekarang lagi kerja, aku cuma mau bilang semangat ya Pa! Aku tau tidak mudah menjadi seorang Ayah. Mencari nafkah bagi keluarganya, menyingkirkan kesenangan pribadinya dan menutupi kesusahannya. Aku tau banyak hal yang menyulitkan Papa di luar sana.. Tapi Papa tidak pernah menunjukkan kesedihan atau keluhan ketika pulang ke rumah.

Senyummu selalu indah, Tubuhmu selalu tegap, Tanganmu selalu terbuka..
Meski lelah.. meski berat perjuanganmu hanya untuk membuat kami senang..

Liebesbrief to My One and Only Grandpa

Kepada Opung satu-satunya, yang paling kucinta dan kuidolakan,

Jika kuingat cerita di masa mudamu, bagaimana aku tidak kagum?
Di usiamu yang masih belia, Engkau sudah merantau dan mencari pekerjaan.
Ah di usia segitu aku masih cengeng!

Jumat, 05 Februari 2016

AMBANG

Ini bukan surat cinta dengan puji-pujian,
Tidak merindu,
Tidak menanti,
Tidak pula berharap kembali.