Medan, 20 April 2016
Kepada Ytk. Cynthia Marilyn Sitompul
di Tempat
di Tempat
Salam kasih saudaraku,
Saat ini waktu menunjukkan pukul 23:24. Tak perlu kutanya kabarmu, dan tak perlu kuperjelas suasana hatimu. Jika kelak blog ini masih mampu bercerita, kenanglah hari ini. Ingatlah selalu akan kata-kata yang kau tulis hari ini.
Perihal menjadi orangtua,
Perihal menjadi orangtua,
Masihkah kau ingat harapan terbesar dalam hidupmu?
Masihkah kau ingat gejolak hati yang selalu kau rasa di perjalanan 'sebahagian' hidupmu?
Kau tak pernah tau apa tujuan hidupmu, hingga pada suatu masa kau menetapkan bahwa ketika kau menemukan dia yang dipilihkan Allah untuk menemani hidupmu, ketika itu pula pencapaian terdahulumu terlaksana, dan ketika itu pula musim yang baru berganti.
Tak jarang kau menyakiti keinginan hatimu meski berkali kau ingin lari dan menyendiri tatkala lagi-lagi kau saksikan cinta yang menyakiti hati.
Bagi mereka yang menganggapmu hanya berbicara melulu soal cinta, biarlah..
Mereka tak tahu dibentuk berapa lama dan dari apa hatimu yang keras itu.
Kau tau tidak mudah menjadi lemah ketika semua orang mengiramu kuat.
Kau tau tidak mudah untuk tidur ketika semua orang mengharapkanmu bekerja.
Kau tau tidak mudah untuk menyendiri ketika semua orang ingin berbagi denganmu.
Perihal menjadi orangtua,
Kau ingat takkan bisa kau menjadi orangtua ketika kau belum menyatu dengan dia yang dipilihkan Allah untukmu.
Kenanglah masa penantian itu, jangan pernah kau lupakan bahkan ketika ingatan memudar.
Lihat siapa dia yang akan jadi teman hidupmu, pandang wajahnya, hormati dan setialah kepada dia.
Jangan pernah khawatirkan apa yang kau cemaskan saat ini karena dialah yang dipilih Allah untukmu.
Kau tidak lupa apa isi doamu, kan?
Buat dia yang menjadi teman hidupmu, kasihilah Allah sebab itu yang terutama, setelah itu kasihilah saudaraku ini seperti kau mengasihi dirimu. Terbukalah kepada dia sebab jika bukan kepada teman hidupmu, kepada siapa lagi kau akan bercerita? Ingatlah selalu bahwa dia begitu menarik perhatianmu dan mengesankan hidupmu. Ingatlah selalu bagaimana Allah merancang pertemuan kalian dan menyatukan kalian pada waktunya. Ingatlah selalu perjuangan kalian untuk menjaga apa yang dititipkan Allah.
Perihal menjadi orangtua,
Masihkah kau ingat gejolak hati yang selalu kau rasa di perjalanan 'sebahagian' hidupmu?
Kau tak pernah tau apa tujuan hidupmu, hingga pada suatu masa kau menetapkan bahwa ketika kau menemukan dia yang dipilihkan Allah untuk menemani hidupmu, ketika itu pula pencapaian terdahulumu terlaksana, dan ketika itu pula musim yang baru berganti.
Tak jarang kau menyakiti keinginan hatimu meski berkali kau ingin lari dan menyendiri tatkala lagi-lagi kau saksikan cinta yang menyakiti hati.
Bagi mereka yang menganggapmu hanya berbicara melulu soal cinta, biarlah..
Mereka tak tahu dibentuk berapa lama dan dari apa hatimu yang keras itu.
Kau tau tidak mudah menjadi lemah ketika semua orang mengiramu kuat.
Kau tau tidak mudah untuk tidur ketika semua orang mengharapkanmu bekerja.
Kau tau tidak mudah untuk menyendiri ketika semua orang ingin berbagi denganmu.
Perihal menjadi orangtua,
Kau ingat takkan bisa kau menjadi orangtua ketika kau belum menyatu dengan dia yang dipilihkan Allah untukmu.
Kenanglah masa penantian itu, jangan pernah kau lupakan bahkan ketika ingatan memudar.
Lihat siapa dia yang akan jadi teman hidupmu, pandang wajahnya, hormati dan setialah kepada dia.
Jangan pernah khawatirkan apa yang kau cemaskan saat ini karena dialah yang dipilih Allah untukmu.
Kau tidak lupa apa isi doamu, kan?
Buat dia yang menjadi teman hidupmu, kasihilah Allah sebab itu yang terutama, setelah itu kasihilah saudaraku ini seperti kau mengasihi dirimu. Terbukalah kepada dia sebab jika bukan kepada teman hidupmu, kepada siapa lagi kau akan bercerita? Ingatlah selalu bahwa dia begitu menarik perhatianmu dan mengesankan hidupmu. Ingatlah selalu bagaimana Allah merancang pertemuan kalian dan menyatukan kalian pada waktunya. Ingatlah selalu perjuangan kalian untuk menjaga apa yang dititipkan Allah.
Perihal menjadi orangtua,
Kembali ke dirimu, saudaraku, setelah kau menyatu dengan dia, bukan nafsu yang utama.
Tugas yang lebih berat akan kau terima. Jangan lihat berapa kilo beratnya, tapi tentenglah dengan riang gembira. Apakah kau masih ingat betapa kau tidak menyukai menenteng sesuatu?
Kau selalu berdalih bahwa kau memiliki tubuh yang kecil dan akan semakin kecil kalau membawa yang berat-berat.
Jika Allah memberimu keturunan, jagalah dia .. jagalah dia ..
Ingat lah salah satu pesan terindah dalam hidupmu,
"Satu-satunya cara untuk menghargai sang pemberi adalah dengan menjaga apa yang diberikannya."
Ya ... jagalah apa yang diberikan Allah kepadamu. Itulah penghargaan tertinggi kepada Sang Pencipta. Tubuhmu, cintamu, keluargamu, bahkan mungkin anak yang boleh kau kandung dalam rahimmu. Jika kelak kau mengidam yang aneh-aneh, jangan pernah kau membahayakan nyawanya.
Dan ketika ia sudah lahir nanti, babak baru akan dimulai kembali.
Perihal menjadi orangtua,
Kau belajar psikologi sekian tahun lamanya. Terapkanlah itu untuk mendidik anakmu.
Kau tidak menikah dan melahirkan anak hanya untuk menambah jumlah pendosa di dunia ini.
Tapi jadikanlah anakmu tetap pembawa kasih Allah di kehidupan yang entah akan jadi apa beberapa tahun lagi.
Kau ingat sekolah yang seperti apa yang kau percaya untuk menyekolahkan anakmu?
Jangan pernah bermain-main dengan masa hidupnya, dengan perkembangan rohaninya.
Tugas yang lebih berat akan kau terima. Jangan lihat berapa kilo beratnya, tapi tentenglah dengan riang gembira. Apakah kau masih ingat betapa kau tidak menyukai menenteng sesuatu?
Kau selalu berdalih bahwa kau memiliki tubuh yang kecil dan akan semakin kecil kalau membawa yang berat-berat.
Jika Allah memberimu keturunan, jagalah dia .. jagalah dia ..
Ingat lah salah satu pesan terindah dalam hidupmu,
"Satu-satunya cara untuk menghargai sang pemberi adalah dengan menjaga apa yang diberikannya."
Ya ... jagalah apa yang diberikan Allah kepadamu. Itulah penghargaan tertinggi kepada Sang Pencipta. Tubuhmu, cintamu, keluargamu, bahkan mungkin anak yang boleh kau kandung dalam rahimmu. Jika kelak kau mengidam yang aneh-aneh, jangan pernah kau membahayakan nyawanya.
Dan ketika ia sudah lahir nanti, babak baru akan dimulai kembali.
Perihal menjadi orangtua,
Kau belajar psikologi sekian tahun lamanya. Terapkanlah itu untuk mendidik anakmu.
Kau tidak menikah dan melahirkan anak hanya untuk menambah jumlah pendosa di dunia ini.
Tapi jadikanlah anakmu tetap pembawa kasih Allah di kehidupan yang entah akan jadi apa beberapa tahun lagi.
Kau ingat sekolah yang seperti apa yang kau percaya untuk menyekolahkan anakmu?
Jangan pernah bermain-main dengan masa hidupnya, dengan perkembangan rohaninya.
Kenalkan dia kepada Allah, ajak dan temani dia untuk berbicara kepada Allah, ajar dia untuk membaca firman Allah yang akan menyuburkan hatinya.
Perhatikan dia, jauh melebihi kau memperhatikan dirimu, bukankah kau sudah terlatih untuk lebih memperhatikan orang lain daripada dirimu sendiri, apalagi ini anakmu, seharusnya kau sudah mahir dalam bidang itu.
Jadilah rumah bagi dia, dimana dia tidak betah berjauhan darimu dan selalu ingin dekat kepadamu.
Ketika dia nakal, hukumlah dia seperlunya, tapi jangan pernah diamkan dia lebih lama dari waktu yang sanggup kau tahan. Diam diciptakan untuk merenung, bukan untuk menjauhkan yang seharusnya dekat.
Selalu ingatkan do and dont kepadanya. Mudah-mudahan dia seperti kamu yang berpegang teguh pada nilai ayah dan ibumu.
Ketika dia anak-anak, bermainlah dengannya, sebab kau tahu betul bahwa waktu tak akan kembali, masa berganti dan penyesalan tak perlu membayangi.
Buatlah dia senang, dan ia tak perlu tau kesusahanmu hanya untuk membuatnya senang.
Jangan cemas bahwa dia akan menjadi manja, tidak tahu diri, boros ataupun tidak prihatin dengan kedua orangtuanya. Ketika kau masih berada di jalur yang sama dengan dirimu di hari ini, aku yakin kau pasti tahu apa yang harus kau lakukan agar anakmu tidak bersenang-senang di atas penderitaan orang lain.
Ajak juga dia keluar, bermain dengan teman-temannya tanpa membeda-bedakan orang lain.
Tapi, perhatikan kesehatannya, jangan sampai dia terlalu lama di luar yang penuh bahaya.
Kau tidak perlu terlalu mencemaskan hal itu, periksakan kesehatannya secara rutin.
Oiya satu lagi, di masa kecilnya, perkenalkan dia dengan cita-cita, hobi, bakat dan bahasa.
Kau tentu tau ini masih soal waktu yang akan pergi ketika tidak dimanfaatkan.
Di tengah perjalanan, cita-cita dan hobinya mungkin akan berubah, bukankah dia sama sepertimu yang suka berubah-berubah? Teruslah perhatikan dan arahkan dia.
Mungkin ketika dia sudah menjadi anak yang lebih besar lagi, mungkin dia akan mulai menitikkan air di wajahmu. Tegaslah kepadanya selayaknya dirimu apa adanya.
Tapi, maafkanlah dia dan jangan pernah berikan cacian kepadanya. Sambutlah dia dengan pengampunan, pelukan dan kasih sayang.
Kau tentu tidak perlu mencemaskan kalau dia akan salah mengasosiasikan kesalahannya dengan pelukanmu, karena aku yakin selama kau masih menjadi dirimu yang seperti ini, kau pasti mampu mengatasinya.
Ingat juga di masa itu, kau pernah menitikkan air mata ibumu, karma does exist you know? Ampunilah masa lalumu dan jangan biarkan dia merenggut kehidupan anakmu dan keturunan-keturunanmu.
Ketika dia beranjak remaja, dia mungkin akan malu sana malu sini. Mulai menyukai lawan jenisnya.
Kau tahu sekali bahwa hal ini tidak perlu. Mungkin kau sangat berharap anakmu mengalami patah hati yang luar biasa di masa ini sehingga dia tau bahwa jatuh hati di usia sekolah itu tidak perlu dan hanya akan mengganggu usahanya mencapai cita-citanya.
Di sinilah peranmu sebagai sahabatnya. Bagaimana kau bisa membantu dia berpikir jernih dan mengobati luka hatinya, kalau kau tak menjadi sahabatnya?
Dekatlah dengan teman-temannya. Buat rumahmu senyaman mungkin agar teman anak-anakmu betah main di rumah sehingga kau bisa mengontrol pergaulannya.
Semoga di masa ini dia sudah begitu tertarik untuk mendalami bakatnya, ya bakat yang kau turunkan padanya, agar kau bisa menikmati segala mimpi di masa mudamu.
Tapi, jangan pernah paksakan kemauanmu padanya. Mungkin kau menyukai musik klasik, tapi dia tidak suka, ya biarkan .. Setidaknya dia tau apa yang ingin dilakukannya untuk hidupnya... selama itu masih berada di jalur yang baik.
Mungkin di masa ini juga dia mulai berargumen dengan ayahnya, ataupun dengan dirimu, jangan pernah memukul dia ataupun mengutuknya.
Aku tau kau sangat berhati-hati dengan sumpah serapah dan kutuk, tapi aku ingatkan sekali lagi, jangan pernah terbesit hal itu di pikiranmu maupun teman hidupmu.
Sekali lagi kesabaranmu diuji, dan doamu diharapkan tidak putus-putusnya menjaga dirinya.
Dan ketika ia sudah dewasa, mungkin sesekali dia akan mengomentarimu, tapi percayalah tidak ada yang salah dengan kata-katanya.
Dengarkanlah dia, lihat sahabatmu sudah beranjak dewasa, pikirannya semakin matang, bukankah seharusnya kau senang melihat sahabatmu semakin bijaksana?
Jangan pernah menjadi seorang yang bebal, tapi ketika dia memberi komentar, memberi masukan untuk keluarga kalian, dengarkanlah dia.
Oiya di masa ini, dia sudah jadi apa?
Apakah ada yang menjadi dokter gigi sesuai harapanmu?
Aku harap anak-anakmu tampan dan cantik parasnya seperti dirimu dan teman hidupmu.
Aku harap tidak hanya wajahnya yang rupawan, tapi hatinya tidak kalah putih cemerlang.
Aku harap mereka juga sering memikirkan kehidupan yang lain seperti hobimu yang tidak tertarik kepada kehidupan duniawi dan begitu menyukai kehidupan setelah kematian badan.
Aku harap mereka juga menemukan yang Allah pilihkan untuk mereka.
Aku harap kau dan teman hidupmu dianggap orang sukses menjadi orangtua.
Aku harap anak-anakmu begitu memperhatikan sesamanya yang tidak seberuntung mereka.
Aku harap kata-kata ini masih kau pegang sampai hari itu.
Buat kamu dan teman hidupmu,
Perihal menjadi orangtua tidak mudah, namun tidak sesulit hingga kau tak bisa menjalaninya.
Ketika kau sulit secara ekonomi, berjuanglah dan ingat bahwa mereka berhak mendapat pendidikan yang luar biasa. Kalian sepakat kan kalau akar dari masalah adalah kebodohan, kebebalan dan ketidakmauan untuk mendengar? Jangan biarkan uang menghancurkan pendidikan mereka.
Naik dan turun kehidupan itu biasa, dan ketika kau jatuh seharusnya kau senang karena sebentar lagi kau akan bangkit, tapi jangan pernah berleha-leha ataupun sombong ketika kalian berada di atas.
Ketika kalian lelah, istirahatlah. Kalian sepakat kan kalau hanya kebuntuan yang akan didapat jika memaksakan sesuatu.
Ketika kalian berselisih paham, jangan pernah tunjukkan di depan anak-anakmu,
Kau boleh menunjukkan bahwa ada hal yang tidak benar, tanpa perlu memojokkan pasanganmu hingga anak-anakmu mulai membuat kubu untuk memusuhi yang mana dan menemani yang mana.
Dan yang paling penting adalah kau menunjukkan bahwa cinta dan maaf lebih berarti dari amarah, tunjukkan bahwa kau dan teman hidupmu 'mampu' mengkomunikasikan perbedaan, dan mengatasi selisih paham di antara kalian.
Jangan pernah teriak-teriak di hadapan mereka, sebab kau akan merusak pita suara yang menghasilkan suara malaikatmu dan juga akan merusak pita suara anak-anakmu yang juga tak kalah indahnya.
Kau tentu tau dampak pertengkaran di depan anak-anakmu, bagi anak-anakmu kan? Kau tentu tidak ingin kantung mata mereka menghitam dan tidak hilang-hilang hanya karena tangisan dan tidak bisa tidur di waktunya.
Nah, ingatlah ini saudaraku. Ingatlah selalu akan hal ini. Aku harap kamu, teman hidupmu dan anak-anakmu selalu diberkati dan dilimpahi dengan kasih Allah yang mahasuci, dan roh kudusNya senantiasi menyertai dan menuntun langkah kalian menuju tujuan hidup yang lebih mulia dimana pertemuan keluarga kudus ini tidak hanya di dunia melainkan juga di surga. Amin.
hai cynthia.
BalasHapusposting nya panjang ya, penasaran kubaca juga hehe.
awalnya kukira ini berisi tentang patah hati atau cerita cinta, ternyata tidak.
Isinya menarik. kamu wanita yg punya prinsip. aku punya 3 pertanyaan:
bgaimana jika teman hidupmu itu diluar dari ekspektasimu, ada kemungkinan orang berubah bukan?
mana kamu pilih, setia karna cinta atau cinta karna setia?
mengapa kamu berpikir kamu peduli terhadap pikiran, perasaan dan kebahagian orang lain?
saranku, lepaskan saja bebanmu. gapai cita-citamu. lakukan apapun yg kamu inginkan. jgn takut akan anggapan orang lain. biarlah manusia menjadi manusia. dan Tuhan pun tau apa yg baik bagimu, begitupun dirimu. jika itu tidak sejalan, biarkanlah. Dia mengasihimu, maka Dia tak kan membiarkanmu jauh dari jalanNya. Dan tersenyumlah :).
Hai Mas/Mbak Naikturuntangga, terima kasih telah meluangkan waktunya untuk mengunjungi blog saya dan membaca tulisan saya yang panjang ini hehe.
HapusBaiklah akan saya coba jawab pertanyaannya:
1. People change and always change. Saya setuju sekali dan saya berpegang teguh pada kalimat itu.
Kalimat itu setidaknya membantu saya dalam mengobati kekecewaan yg saya rasa apabila di tengah jalan saya menemui kejadian serupa, ya orang berubah.
Tapi menyangkut masalah teman hidup saya, saya tentu tidak senaif itu membayangkan semuanya akan berjalan mulus, tapi saya juga tidak suka membayangkan sesuatu yang buruk karena saya tidak ingin apa yang saya pikirkan terjadi.
Tapi, satu sih yang saya pegang sampai hari ini, selama saya baik, dan Allah yang melihat dari atas setuju kalau saya baik, saya pasti diberi yang terbaik. Lika-liku itu pasti ada, tapi saya yakin Tuhan pasti bantu saya dan teman hidup saya untuk tetap setia dan seirama.
2. Haha jika diminta memilih, tentu saya memilih setia karena cinta.
Mengapa?
Pertama, tidak mudah mencintai seseorang. Mencintai dengan tulus itu tidak mudah, seseorang pasti punya kepentingan masing-masing, kebutuhan masing-masing untuk diwujudkan dan terkadang mampu menyingkirkan orang-orang terdekatnya sekalipun untuk mencapai hal tersebut. Jadi suatu anugerah bagi kehidupan ini jika kita mampu mengesampingkan kepentingan-kepentingan duniawi untuk mencintai seseorang dengan tulus.
Dan ketika sudah mencintai, hendaknya kita setia.
Karena Allah saya setia, saya sungguh malu jika tidak setia.
3. Pertanyaan yang terakhir ini membuat saya bertanya, mungkin kamu mengenal saya haha. Karena dari tulisan saya, "seingat" saya dan sepenglihatan saya, saya tidak secara eksplisit menyatakan bahwa saya peduli terhadap pikiran, perasaan dan kebahagiaan orang lain.
dan dalam tulisan ini saya tidak hendak menyorot hal itu. Tapi baiklah kita abaikan,
Dalam kehidupan sehari-hari, senangnya saya, bahagianya saya, tidak akan berarti apa-apa apabila melukai orang lain, apalagi orang-orang terdekat saya.
Terima kasih atas sarannya Mas/Mbak Naikturuntangga.
Tapi saya mau bilang, saya tidak pernah takut atas penilaian orang lain. Orang lain mau bilang apa, selama itu baik dan membangun saya, maka akan saya "pertimbangkan", tapi ketika penilaian/anggapan itu bersifat menghancurkan diri saya, saya sudah melatih diri saya untuk "membentengi" diri saya dengan penilaian destruktif tersebut.
Terima kasih sekali lagi, saya percaya Tuhan menjaga saya dan kehidupan saya dikelilingi oleh malaikat dan para kudus-Nya. Mari gapai cita-cita,semoga tulisan dan diskusi singkat ini membawa manfaat bagi kita dan orang banyak amin. Smile ;)