Cynthia Marilyn Sitompul

Kamis, 07 Juni 2012

Andragogi

Andragogi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang dewasa dan agogos berarti memimpin. Kemudian Andragogi didefinisikan sebagai "Suatu seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar". Kata andragogi pertama kali digunakan oleh Alexander Kapp pada tahun 1883 untuk menjelaskan dan merumuskan konsep-konsep dasar teori pendidikan Plato. Meskipun demikian, Kapp tetap membedakan antara pengertian "Social-pedagogy" yang menyiratkan arti pendidikan orang dewasa, dengan andragogi. Dalam rumusan Kapp, "Social-pedagogy" lebih merupakan proses pendidikan pemulihan (remedial) bagi orang dewasa yang cacat. Adapun andragogi, justru lebih merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa, cacat atau tidak cacat secara berkelanjutan.

B. Andragogi vs Pedagogi

Perbedaan andragogi dan pedagogi dapat ditinjau dari beberapa hal, diantaranya :
  • Hubungan siswa dan guru. Pada pedagogi siswa sangat bergantung pada guru, guru bertanggung jawab penuh pada apa yang akan diajarkan dan bagaimana mengajarkannya. Gurulah yang mengevaluasi hasil belajar. Sedangkan pada andragogi guru bersikap sebagai fasilitator, siswa mengarahkan dirinya sendiri untuk belajar apa dan bagaimana, siswa bertanggungjawab atas belajarnya sendiri, dan siswa diberi peluang yang cukup besar untuk melakukan evaluasi diri.
    Pedagogi = Teacher centered
    Andragogi = Learner centered
  • Peran pengalaman siswa. Pada pedagogi pengalaman guru lebih dominan, siswanya sendiri pasif. Oleh karena hal tersebut, maka siswa harus dibina pelan-pelan. Sedangkan pada andragogi pelajar mengalami sesuatu secara lebih leluasa, pengalaman menjadi sumber utama mengidentifikasi penguasaan diri akan sesuatu, siswa satu sama lain saling berperan sebagai sumber belajar. Pada orang dewasa, pemahaman akan konsep sudah semakin berkembang. Oleh karena itu, pelajar sudah mampu untuk berangkat dari sebuah konsep dan mengembangkannya sendiri.
  • Motivasi belajar. Pada pedagogi motivasi datang secara eksternal, artinya siswa disuruh atau dipaksa atau diwajibkan atau dituntut untuk mengikuti suatu pendidikan tertentu. Sedangkan motivasi pada kegiatan belajar orang dewasa lebih bersifat internal, datang dari diri sendiri sebagai wujud aktualisasi diri, penghargaan diri, dan lain lain.


C. Langkah-langkah Pelaksanaan Andragogi

Langkah-langkah kegiatan dan pengorganisasian program pendidikan yang menggunakan asas-asas pendekatan andragogi, selalu melibatkan tujuh proses sebagai berikut :

1. Menciptakan iklim untuk belajar
2. Menyusun suatu bentuk perencanaan kegiatan secara bersama dan saling membantu
3. Menilai atau mengidentifikasikan minat, kebutuhan dan nilai-nilai
4. Merumuskan tujuan belajar
5. Merancang kegiatan belajar
6. Melaksanakan kegiatan belajar
7. Mengevaluasi hasil belajar (menilai kembali pemenuhan minat, kebutuhan dan pencapaian nilai-nilai.


D. Karakteristik Pengajar pada Andragogi

Seorang pengajar orang dewasa haruslah memenuhi persyaratan berikut :

1. Menjadi anggota dari kelompok yang diajar
2. Mampu menciptakan iklim untuk belajar mengajar
3. Mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi, rasa pengabdian dan idealisme untuk kerjanya
4. Menirukan/mempelajari kemampuan orang lain
5. Menyadari kelemahannya, tingkat keterbukaannya, kekuatannya dan tahu bahwa di antara kekuatan yang dimiliki dapat menjadi kelemahan pada situasi tertentu.
6. Dapat melihat permasalahan dan menentukan pemecahannya
7. Peka dan mengerti perasaan orang lain, lewat pengamatan
8. Mengetahui bagaimana meyakinkan dan memperlakukan orang
9. Selalu optimis dan mempunyai iktikad baik terhadap orang
10. Menyadari bahwa "perannya bukan mengajar, tetapi menciptakan iklim untuk belajar"
11. Menyadari bahwa segala sesuatu mempunyai segi negatif dan positif. 

 Jadi, Andragogi dapat disimpulkan sebagai :

1. Cara untuk belajar secara langsung dari pengalaman
2. Suatu proses pendidikan kembali yang dapat mengurangi konflik-konflik sosial, melalui kegiatan-kegiatan antar pribadi dalam kelompok belajar itu
3. Suatu proses belajar yang diarahkan sendiri, dimana kira secara terus menerus dapat menilai kembali kebutuhan belajar yang timbul dari tuntutan situasi yang selalu berubah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar