Cynthia Marilyn Sitompul

Kamis, 11 Februari 2016

Liebesbrief to My One and Only Grandpa

Kepada Opung satu-satunya, yang paling kucinta dan kuidolakan,

Jika kuingat cerita di masa mudamu, bagaimana aku tidak kagum?
Di usiamu yang masih belia, Engkau sudah merantau dan mencari pekerjaan.
Ah di usia segitu aku masih cengeng!


Jika kuingat kemandirianmu, bagaimana aku tidak kagum?
Kau mencuci pakaianmu sendiri, menyetrika sendiri, mengurus rumah sendiri, masak sendiri, menyiram bunga sendiri.
Ah meski sudah dewasa, melakukan hal-hal itu dalam 30 menit saja sudah membuatku lelah dan bosan.
Jika kuingat rasa masakanmu, bagaimana aku tidak kagum?
Aku yang perempuan saja tidak belum bisa masak seenak itu.
Jika kulihat dirimu di waktu luangmu, bagaimana aku tidak kagum?
Kau rajin menulis, mengetik tanggal-tanggal agar kau tidak lupa, membaca koran dan menonton berita.
Jika kudengar ceritamu, bagaimana aku tidak kagum?
Kau menarasikannya dengan begitu jelas, lengkap dengan tahun kejadiannya.
Aku yang masih muda saja, sudah banyak melupakan sesuatu..
Jika kulihat kau seorang diri di sana, bagaimana aku tidak kagum?
Kau tidak menikah lagi sejak Opung Boru meninggal..
Bahkan ketika anak-anakmu memintamu menikah lagi, kau tidak mau melakukannya karena cintamu yang begitu besar kepada keluargamu.
Opung adalah orang yang mengajarkanku kesetiaan.
Kesetiaan yang tidak terucap namun terlihat.

Tentunya akan bodoh jika putus cinta membuatku menangis,
Tentunya akan bodoh jika aku menyerah karena perkuliahan tidak selesai sesuai rencana.
Di usiaku yang sekarang, Opung sedang berjuang untuk mendapatkan hal-hal yang sekarang ia miliki di masa tuanya.
Hal itu membuatku malu karena perjuanganku tidak ada apa-apanya dibandingkan masa-masa sulit yang Opung alami.

Pung, terima kasih atas masa kecil kami yang begitu keras.
Dulu, kami semua mikir Opung ga sayang sama kami karena kami terus dimarahin.
Tapi, kini kami sadar. Opung sedang mendidik kami agar kami bisa diandalkan dan berguna bagi orang lain.


Pung, tahun ini satu orang cucumu akan menikah, tiga orang cucumu akan diwisuda.
Semoga tahun ini cucu-cucumu yang belum bekerja juga mendapatkan pekerjaan ya Pung!
Opung senang kan? Kami juga pasti bahagia ketika ragamu masih tersenyum kepada kami di hari bahagia kami.

Opung, lekas pulih ya Pung. Tentu tidak menyenangkan rasanya ketika kita jatuh sakit. Apalagi Opung yang begitu mandiri, sekarang harus bergantung kepada orang lain.
Tapi, Opung jangan patah semangat!
Sungguh..Tuhan menganugerahi umur panjang kepada Opung sebab tidak semua manusia bisa menjalani usia 92 tahun..
Tapi, bukan berarti ketika sakit, kita harus menyerah dan berdiam diri.
Kita memang memasrahkan semuanya kepada kehendak Tuhan, tapi kita juga harus berusaha.
Terkadang juga wajahmu menyiratkan rindumu pada Opung Boru, tapi kami akan berusaha, Pung!
Izinkan kami mengabdikan diri kami, Pung.
Jangan kira kami akan repot, tentu tidak Pung!
Kami akan memperjuangkan semuanya agar Opung semangat dan sehat kembali.
Kami akan bahagia ketika Opung berbahagia .. dan tentunya akan kehilangan gairah juga ketika Opung tidak ceria.
Semoga Tuhan mengabulkan doa-doa kita semua ya Pung, semoga Opung lekas sembuh dan pulih seperti sedia kala.

Pung, terima kasih telah mempersatukan keturunan-keturunanmu.
Kami tidak mungkin bersatu seperti ini kalau ga ada Opung.
Opunglah yang membuat kami berkumpul, saling menyayangi dan saling menguatkan.
Opung, terima kasih atas doa-doamu. Doa-doamu selalu menjaga kami di mana pun kami berada.
Terima kasih Tuhan telah memberikan aku kesempatan merasakan kasih sayang Opung. Sebab hanya Opung lah satu-satunya Opung yang kumiliki. Jadi, yang kuat ya Pung! Semangat! Semangat!

Sudah ya Pung,
Salam hormat dari cucumu yang konon wajahnya paling mirip dengan Opung Boru hehe..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar