Dear Jaja,
Hai teman lama, apa kabarmu di sana?
Sudah lama sekali aku tidak melihat ragamu. Tapi ingatanku tentangmu tidak akan memudar, apalagi ingatan terakhirku tentangmu. Kemarin kami baru ngumpul, dan pasti tidak lupa terselip namamu. Seperti biasa, aku merasa kau hadir. Aku selalu merinding ketika membicarakanmu. Tapi sobat, kenapa begini rasanya, di satu sisi aku yakin bahwa kau sudah tenang di sana. Di sisi lain aku juga merasa, kau begitu merindukan kami. Ah, mungkin sesal dan rinduku menghambatmu ya?
Jika iya, kupastikan aku tidak akan menyesali hari itu lagi, hari dimana aku melihatmu lagi sejak kepulanganku. Aku ingin menyapamu tapi tidak kulakukan. Aku bertekad untuk menyapamu jika aku melihatmu sekali lagi. Tapi ternyata, tidak ada 'sekali lagi' itu ya, sobat! Kau tahu, sejak hari itu, aku selalu berhati-hati mengucapkan 'sekali lagi'. Sejak hari itu pula, aku selalu menghargai kebersamaan yang bisa kulalui sebab aku tau, tak selamanya raga bisa menemani.
Tapi, Ja, meski aku bisa menghapus sesalku, aku tak bisa menghapus rinduku padamu. Biarlah rindu ini yang tersisa sebab rindu ini akan membawaku untuk selalu ingat kepadamu. Rindu ini pula akan membawaku untuk menyebut namamu di dalam doaku. Ja, jangan suka bikin merinding lagi. Beristirahatlah dalam damai Tuhan. Semoga kelak kita akan berkumpul kembali bersama Bapa di surga. Amin.
-Temanmu sejak SD, Cyn-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar